01. Long Time No See

3.7K 217 13
                                    

Sore itu, empat remaja yang dulunya akrab—teman satu grup semasa SMP, terpisah karena berbedanya sekolah saat memasuki bangku SMA, tidak sengaja bertemu di mall

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore itu, empat remaja yang dulunya akrab—teman satu grup semasa SMP, terpisah karena berbedanya sekolah saat memasuki bangku SMA, tidak sengaja bertemu di mall.

Mereka bertemu di satu titik dari tiga arah berlawanan. Salah satu dari arah itu diwakili dua cowok yang memang pergi berduaan.

Long time no see!” seru Azim, salah satu dari dua cowok yang datang berbarengan. Nadanya sengaja dilontarkan mendayu ala ibu-ibu PKK. “Ya ampun kebetulan macam apa kita berempat ketemu ga sengaja gini?!” lanjutnya sambil melambaikan gemulai tangannya.

Eno, cowok di sebelahnya, otomatis mundur selangkah mengambil jarak dan melempar tatapan jijik. “Kerasukan setan mall lo?!”

“Kenapa teman lo?” tanya Ewil, si cowok berkulit kecokelatan. Menatap heran Azim, lalu melirik Eno di sebelahnya meminta penjelasan.

Eno menaikkan bahu sambil memajukan bibir. “Ga ngerti gue.”

“Ck!” Azim berdecak. “Gue cuma ngasih apresiasi yang tepat buat pertemuan kebetulan kita. Alay ga apa-apa, kan beneran kebetulan ini ketemunya.”

“Zim, berhenti ngomong kek bencong!” sindir Eno.

Azim menyipitkan matanya ke arah Eno. “Gue kan sengaja ber-alay ria.”

Alay!” desis Eno.

“Ya emang sengaja!” Azim tidak mau kalah.

“Untuk?” tuntut Eno.

“Mikir aja, udah berapa lama ga ketemu?! Padahal dulu tiap hari ga pernah bosan nangkring bersama udah macam merpati di atas kabel listrik.” Azim mendeskripsikan dengan penuh perumpamaan.

“Ya ya ya,” gumam Eno mengiyakan saja agar sikap aneh Azim cepat berhenti.

“Kalo ga ada Renu, ya ga ada Ewil. Selalu aja ga lengkap,” lanjut Azim mencerocos.

Renu tertawa hambar. “Oh ya,” sahutnya menanggapi.

“Mmm ... Mumpung lengkap, ngopi yuk! Nangkring gitu,” saran Eno. Ide itu tiba-tiba saja muncul di kepalanya.

Renu melirik jam tangannya. Tiga cowok lain di sana menyadari gerakkan itu—tanda akan ada kalimat penolakan dengan konsep ‘maaf gue keburu’.

“Jangan nyari alasan ya, Ren,” kata Azim sambil melayangkan tatapan tajamnya.

“Pasti alasannya sok sibuk,” sindir Eno.

REW Rabbit  [ RenHyuck ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang