Esok paginya, Ewil menghampiri kediaman tetangga seberang di jam sama paginya seperti kemarin. Dia tidak ingin Renu terlambat. Tidak ingin cowok itu mengomel dan mengatai kata 'demi' yang sering dia ucapkan hanya untaian manis belaka.
Lima menit berlalu, diamnya dia di depan pagar sambil sesekali membunyikan klakson tidak mendapatkan respons dari penghuni rumah itu. Ditengoknya ke balik pagi, mobil Yeri sudah tidak ada, tidak mungkin kan Renu berangkat dengan kakaknya itu tanpa memberi kabar. Akan tetapi bisa saja, cowok mampu melakukan apa saja sesuka hatinya.
Ewil menjadi ragu. Daripada berpikiran tidak-tidak, dia memilih mengirim pesan kepada Renu. Menanyakan di mana cowok itu.
Pesannya terkirim, tapi tidak dibaca.
Pesan lain dia kirim. Lebih banyak dengan pesan berisi kata tidak penting. Sengaja mengirim spam. Mengganggu dengan puluhan notifikasi mungkin akan menghasilkan respons.
Lima menit lainnya terus berlalu. Pesannya masih tidak ada tanda-tanda dibaca. Dia pun merubah cara, yaitu menelepon Renu.
Dering pertama, tidak ada sambutan.
Dering ke dua, teleponnya masih tidak diangkat.
Pada dering ketiga, Ewil waswas karena jam menunjukkan hampir setengah delapan. Dia mematikan teleponnya sebelum disambut, lalu mencoba menelepon lagi.
“Hal—”
“Ren lo di mana?” Ewil menyerobot sapaan Renu.
“Kamar.” Cowok itu menjawab singkat. Suaranya terdengar berat.
“Ren!” sentak Ewil. Mereka sudah terlambat dan cowok itu masih di kamarnya.
“Lo pergi aja. Duluan. Ntar telat.”
“Dan lo?”
“Hell ... I'm sick.”
“Hah?” Ewil kaget. Dia langsung mematikan telepon. Buru-buru memutar arah motor.
Sakit? Dia langsung merutuki dirinya. Menyalahkan dirinya tidak tahu Renu sakit. Kemarin mereka pulang dengan keadaan basah. Setelah mengantarkan Renu ke rumah dan dia juga pulang ke rumahnya. Mandi, lalu berbaring di kamarnya, terlelap, dia lupa menanyakan kabar cowok itu.
Dia pikir hujan tidak akan mempengaruhi cowok ajaib semacam Renu. Lagi pula cowok itu duduk di balik punggungnya. Dirinya yang terkena hujan lebih dulu. Bagaimana bisa sakit?
KAMU SEDANG MEMBACA
REW Rabbit [ RenHyuck ]
Teen FictionR E W rabbit : Ruby eye - white / white bunny with ruby eyes New Zealands are bred for meat, pelts, show, and laboratory uses, being the most commonly used breed of rabbit both for testing Arti lainnya dari kelinci percobaan adalah orang yang pertam...