-Porsche's POV-
"Jangan bilang, kau akan menurunkanku di pom bensin yang sama seperti kemarin" katanya dengan suara serak.
Hari ini wajahnya jauh lebih baik dari kemarin, meskipun ada bekas memar, baik yang lama maupun yang baru. Tapi dia masih terlihat tampan.
"Mengapa kau kembali lagi?" Aku berbicara dengan suara halus melihat ke kaca spion, sebelum mempercepat ketika aku melihat pria berbaju hitam di belakang kami.
Hari ini, aku mempersiapkan diri dengan baik. Aku telah dengan terampil menyeberangi gang dengan sepeda motorku.
"Pelan-pelan" ucap suara serak itu. Tangannya terselip erat di sisi bajuku, kepalanya bersandar di punggungku, berniat menghindari angin yang menerpa wajahnya.
"Pegang aku erat-erat" kataku sebelum akselerasi lagi.
"Hei, aku belum mati?" kata Kinn. Setelah beberapa saat, aku merasa kita sudah cukup jauh dan tak ada yang bisa mengejar.
"Di mana ini?"
"Tempatku" kataku, tidak berharap untuk mendapatkan diriku ke dalam kemalangan.
Jalan yang paling ku kuasai adalah di sekitar sini, dan ketika aku menyadarinya lagi, aku membelokkan motor ke rumahku. Aku yakin tidak ada yang akan mengikuti lagi karena jalan yang kupilih agak misterius, rumit dan mereka sangat jauh untuk mengikuti sekarang.
"Masuklah, cuci mukamu" Dia menghembuskan udara dari mulutnya dengan lega, seolah baru saja melewati tur neraka.
"Tunggu" Aku menangkap pintu rumahku dan mengambil sebungkus rokok dari sakuku dan menyalakannya. Dia tidak mengatakan apa-apa tapi hanya menatapku dengan satu alis terangkat.
"50 ribu" bisikku sambil memegang rokok di mulutku dan menatapnya.
"Huh?" Dia meninggalkan tawa seraknya, lalu memasang wajah tidak percaya.
"Kemarin, arlojiku..." Tepat sebelum dia selesai berbicara, aku menelan ludah dan menyela dengan suaraku.
"Kemarin adalah kemarin..." Aku diam-diam takut, apakah dia akan mengambil arloji itu kembali atau tidak. Aku dengan kasar mengatakan kepadanya karena aku tahu dia akan memintanya dengan cara lain.
Bahkan jika dia memintanya kembali sekarang, aku tidak memilikinya. Tidak ada yang tersisa... Aku sudah membayar biaya kuliah Che, membayar untuk memperbaiki AC di kamar tidur, dan juga membayar hutang.
"Kemarin kamu meminta 50 ribu dan hari ini 50 ribu lagi total 100 ribu. Aku tahu kamu memiliki pemahaman berapa biaya arloji, dan jika aku salah kau harus mendapatkan setidaknya 400 ribu karena kau tidak cukup jika itu tentang uang. Lihat, aku sudah membayarnya" Dia berkata dengan seringai di wajahnya. Untuk pertama kalinya aku menatap wajahnya dari dekat, matanya yang tajam menatapku seolah dia bukan orang biasa.
"Oke sekarang kau sudah selamat, kembalilah ke tempat asalmu"
"Huh... aku tidak meminta apapun. Wajahmu bagus, kenapa kamu mencuri?" Dia tertawa dengan tangan terlipat menatapku.
Ini! Mata, bibir, pipi terbentang menjadi senyuman. Terlihat tampan dan tawa konyol itu membuat kakiku bergerak diam-diam, tawa yang lembut.
"Diam dan pergi!"
"Suara apa ini di depan rumah..." Pintu terbuka dan adikku muncul dengan piyamanya, menatap lurus ke arahku.
"Eh.. Hai" Adik SMAku menyapa orang asing itu. Bajingan itu menatapku, lalu pada adikku dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Mafia & His Bodyguard
Romance| Cinta terburuk, cinta terakhir. | > SINOPSIS Putra kedua mafia, Kinn Anakinn, diserang oleh musuh yang menyebabkan dia melarikan diri dari mereka sampai dia bertemu Porsche Pitchaya-seorang mahasiswa muda yang bekerja sebagai pelayan paruh waktu d...