-Porsche's POV-
Pete dan aku pulang lebih awal dari yang diharapkan. Dengan waktu dan tenaga yang tersisa, kami bermain satu atau dua ronde hingga dini hari.
Sedangkan adik laki-lakiku, dia tidak menggangguku lagi tentang sifat pekerjaanku. Mungkin dia sudah mengerti, atau dia terlalu lelah untuk berdebat denganku. Walaupun aku sangat berharap dia mengerti, karena aku hanya melakukan ini demi dia.
-Di universitas-
"Apakah kalian akan bermain basket? Aom meminta kita" Kami bertiga baru saja selesai belajar dan turun dari fakultas untuk mencari beberapa kegiatan yang harus dilakukan.
"Aku tidak. Besok aku ada latihan renang, jadi harus hemat energi" kata Tem sambil menggelengkan kepalanya.
Dia sudah jauh dari latihan sejak dia mengikuti audisi untuk menjadi perwakilan fakultas kita terakhir kali. Aku menawarkan diri sebagai proxy, meskipun kuakui aku mungkin akan melakukannya karena aku juga kurang latihan.
"Nah, besok aku juga ada latihan sepak bola. Bagaimana denganmu Porsche? Apakah kau tidak akan latihan Judo?" tanya Jom. Aku ingat bahwa aku masih memiliki kompetisi Judo untuk dihadiri.
Aku jarang datang untuk berlatih, dan bahkan jika aku melakukannya, aku biasanya hanya berkeliaran satu atau dua menit. Bukan seperti Beam yang mengeluh, tapi betapa aku berharap bisa rajin juga seperti teman-temanku.
"Aku akan tidur besok" Aku masih merasakan sakit di lenganku jadi aku agak tidak percaya diri dengan penampilanku. Tapi aku tahu aku akan sembuh tepat waktu sebelum kompetisi dimulai.
Kami bertiga terlalu sibuk hari ini jadi Tem dan aku memutuskan untuk makan di belakang apartemenku daripada pergi jauh.
"Ayo makan siang, aku lapar" Tem menatapku dengan ekspresi sedih.
"Hei, jangan lupakan aku. Aku juga lapar!" Jom segera menyusul kami, menghentikan gerakanku.
"Kalau begitu setelah kita makan, tinggallah bersamaku sebentar karena aku kesepian" kataku bercanda pada mereka.
Entah ada apa denganku akhir-akhir ini. Aku terus mencari perhatian, meskipun aku tidak membuatnya terlalu jelas karena bajingan ini pasti akan menggodaku. Mungkin aku hanya senang karena aku bisa bersama mereka lagi. Tapi setelah ini, aku pasti akan sibuk.
Kami sedang sibuk berbicara ketika seseorang menarik perhatian kami.
"Hai" Sosok tinggi berhenti di depan kami dan memalingkan wajahnya ke arahku untuk menyapaku. Aku tersenyum tipis dan mengangguk pada anak itu sebagai jawaban.
Dia kemudian berjalan ke arah kami dengan senyum lebar melekat di wajahnya.
"Kita bertemu dengannya kemarin, kan? Siapa namanya lagi?" bisik Tem di telingaku.
"Ah, Veha!" kata bajingan itu secara acak dengan antusias.
"Hei! Halo, Veha" Jom kemudian menyapa dengan percaya diri, sama sekali tidak menyadari siapa nama orang yang mereka ajak bicara. Situasi seperti ini benar-benar membuatku sadar betapa bodohnya teman-temanku. Huft...
Anak itu kemudian tertawa tanpa suara dan berbalik untuk melihat mereka, "Vegas. Namaku Vegas"
"Oh, itu benar! Vegas! Itu yang aku katakan beberapa waktu lalu" Jom kemudian memberi Vegas tepukan ringan di bahu. Bajingan ini benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti.
"Senang bertemu denganmu lagi" Vegas lalu berkata langsung padaku sambil tersenyum.
Aku mengangkat alisku dengan kesal dan mengalihkan pandanganku ke seragamnya. Kuperhatikan bahwa itu cukup baru, mungkin dia baru saja pindah ke sini kemarin dan mungkin dia bukan senior atau juniorku.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] The Mafia & His Bodyguard
Romance| Cinta terburuk, cinta terakhir. | > SINOPSIS Putra kedua mafia, Kinn Anakinn, diserang oleh musuh yang menyebabkan dia melarikan diri dari mereka sampai dia bertemu Porsche Pitchaya-seorang mahasiswa muda yang bekerja sebagai pelayan paruh waktu d...