DUA PULUH SEMBILAN

1.5K 116 0
                                    

^Selamat siang^

●●●

"Ka, gue rasa handphone yang lo janjiin itu gak usah deh. Toh, sekarang kita udah ketahuan bohong juga kan" ucap Zena memecah keheningan

Yazka hanya diam tak menjawab apapun, pandangannya mengarah lurus ke depan. Kini mereka tengah berada di rumah pohon, niat hati ingin meluapkan semua perasaannya tapi ternyata mereka sedari tadi saling diam dan Zena mencoba membuka suara agar keadaan tak terlalu begitu kaku.

"Itu janji Zen, gue bakal tepatin. Lo juga seneng kan dapet handphone baru?" jawab Yazka

"Kayaknya gak usah deh Ka" ucap Zena merasa tak enak hati, semenjak kejadian itu mereka berdua menjadi lebih berjarak

Ini pertama kalinya mereka berdua seperti ini, Yazka yang selalu merasa semua ini adalah keegoisan dirinya jadi ia merasa malu dengan Zena. Sedangkan Zena, ia selalu menyalahkan diri sendiri. Karena ini bukan hanya ulah Yazka, tapi dirinya juga ikut andil dalam hal ini.

"Gue minta maaf ya Ka" ucap Zena

Yazka membalikkan tubuhnya, kini ia menatap Zena yang jaraknya tak terlalu jauh darinya.

"Buat apa? Seharusnya gue yang minta maaf, sorry karena gue selalu ngerepotin lo. Dan karena hal ini, lo jadi dapet cibiran pedas orang-orang di kantor" jawab Yazka diakhiri dengan tertawa getir

Zena mendekat kearah Yazka, ia mencoba mengubah suasana.

"Orang-orang di kantor kan emang kayak gitu, udah Ka jangan galau-galau mikirin gue. Nanti lo naksir beneran loh" ucap Zena dan berhasil membuat Yazka tertawa

"Boleh juga sih kalo beneran" jawab Yazka menggoda Zena

Zena membulatkan matanya, dan ia lagi-lagi mengeluarkan senjata pamungkasnya yaitu memukul kepala Yazka.

"Gak usah mulai makanya" ucap Zena sembari memutar bola mata malas

Yazka terkekeh kecil.

"Oh iya, lo tahu gak kalo si Rina mau tunangan?" ucap Zena mengalihkan pembicaraannya

"Tunangan?" tukasnya

"Emangnya ada yang mau sama dia" imbuh Yazka sambil tertawa keras

"Ucapanmu sudah saya screenshot sebagai bukti" ucap Zena

"Temen lo juga itu. Sumpah ya, tuh cowoknya gentle banget. Mereka tuh baru ketemu beberapa hari, terus si cowoknya dateng ke rumah Rina dan minta izin sama bokap nyokapnya buat ngelamar Rina. Ah anjir, gue kira cowok kayak gitu cuma fiksi" ucap Zena bercerita dengan penuh semangat

"Kira-kira lo seneng gak kalo ada di posisi Rina?" tanya Yazka

"Seneng lah, seneng banget gue" jawab Zena spontan sambil kegirangan setengah mati

Yazka mengulum senyuman tipis ketika melihat tingkah Zena, apakah Yazka akan melakukan hal yang sama seperti pria yang melamar Rina?

"Tapi kayaknya gak mungkin deh kalo gue kayak gitu" imbuh Zena tiba-tiba mengubah ekspresi wajahnya menjadi sedikit murung

Saat mendengar ucapan wanita itu Yazka mengalihkan pandangannya ke langit yang kini berwarna jingga.

"Kalo menurut gue gak ada yang gak mungkin sih" ucap Yazka lalu menatap Zena

🌻

Zena membaringkan tubuhnya di atas kasur yang empuk, ia menatap langit-langit kamarnya.

Zena meniup poninya, rasa bosan selalu menghampiri dirinya disaat jam-jam seperti ini.

Akhirnya Zena memutuskan untuk bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil stok makanan yang ada di lemarinya. Setelah itu Zena mengambil ponselnya untuk menghubungi Rina.

Zena sudah terhubung dengan Rina.

"Buset rapih bener, mau kemana lo?" tanya Zena ketika melihat temannya itu lewat video call, penampilannya sangat rapih tak seperti biasanya

"Iya dong, mau jalan-jalan sama ayang" jawab Rina

"Lo sama Yazka udah baikan belum? Mata gue sepet ngeliat lo berdua jauh-jauhan gak kayak biasanya" imbuh Rina sembari merias wajahnya dengan make up

"Kapan gue musuhan sama Yazka, kayak anak kecil aja" jawab Zena

"Up to you" ucap Rina

Zena menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, lalu ia mengajukan pertanyaan pada Rina.

"Sebelum lo pergi, gue mau nanya sesuatu deh" ucap Zena ragu-ragu

Rina mendengarkan sambil merias wajahnya karena harus terlihat cantik jika bertemu sang kekasih.

"Sebenarnya gak penting-penting amat sih, cuma gue greget banget pengen ngomong ini sama lo" imbuhnya

"Lo percaya gak kalo Yazka suka sama gue?" tutur Zena, masa bodo jika ia dibilang terlalu percaya diri karena itu adalah kelebihannya

Rina menghentikan kegiatannya ketika mendengar ucapan Zena, dan wanita itu memicingkan matanya sambil memunculkan senyum jahil. Zena sudah mengira jika temannya itu pasti akan menggoda dirinya.

"Gue udah tahu Yazka suka sama lo, keliatan banget sih dari sikapnya. Dia tuh suka ngasih kode tipis-tipis, cuma lo nya aja yang gak peka. Saya disini mencium aroma-aroma friendzone" ucap Rina membuat Zena rasanya ingin menyumpal mulut temannya itu

"Ayang gue udah dateng deh kayaknya, bye ibu negara" ucap Rina memutus sambungan video call

Zena melempar ponselnya ke tempat tidur, ia memakan snack sembari menatap pas foto di dalam kamarnya. Dalam foto tersebut ada dua anak kecil yang tersenyum manis memakai pakaian berwarna senada. Dua anak itu adalah Zena dan Yazka saat berusia 5 tahun.

"Masa sih gue suka temen gue sendiri" lirih Zena







-Sampaikan sesuatu pada Yazka Bratadikara-

-Sampaikan sesuatu pada Zena Rachelia-

Rental Girlfriend [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang