TIGA PULUH EMPAT

1.5K 112 8
                                    

●●●

Keluarga Aris kini tengah berada di ruang keluarga, orang tua Zena itu tengah asik menonton sinetron yang sedang booming dikalangan masyarakat.

"Yah, Zena mau tanya dong" ucap Zena

"Apa?"

"Zena punya temen nih, dia cerita ke Zena kalo dia itu punya temen cowok dan mereka temenan udah lamaaaaa banget. Terus temen Zena nanya gini "salah gak sih kalo gue suka sama dia?" gitu Yah. Kalo menurut Ayah gimana?" ucap Zena, padahal yang dimaksud adalah dirinya namun ia malu untuk mengatakan hal itu secara terang-terangan

"Ayah selalu denger kata-kata ini dari dulu nyampe sekarang. Laki-laki dan perempuan berteman itu gak mungkin kalau tidak melibatkan perasaan, keduanya memang tidak tapi salah satu dari mereka" ucap Aris menjeda sejenak ucapannya

"Kalo kata anak zaman sekarang tuh bilangnya apa sih, renjon apa timezone ya?" imbuh Aris membuat Zena tertawa terpingkal-pingkal, pasalnya yang diucapkan Ayahnya tidak ada yang benar

"Friendzone Ayah, timezone mah tempat bermain" jawab Zena diselingi dengan tawa yang tak henti-hentinya

Aris pun ikut tertawa, namun seketika sang Ayah menghentikan tawanya dan menatap putrinya dengan tatapan berbeda seperti sebelumnya.

Aris menyipitkan matanya dan tersenyum jahil pada Zena, terlihat sangat jelas olehnya jika kini tatapan sang Ayah berubah menjadi tatapan curiga padanya.

"Jangan-jangan ini cerita kamu ya, bukan cerita orang lain" ucap Aris

Zena kelabakan, namun ia harus terlihat santai dan tidak boleh gugup. Bisa-bisa Ayahnya tambah curiga pada dirinya.

"Enggak kok, cerita temen Zena ini" elaknya

Aris merespon dengan membulatkan mulutnya sembari mengangguk-angguk kecil.

Ditengah asiknya menonton sinetron kesayangan Maya, Ibunya itu mengompori Ayahnya.

"Tuan Putri Zena Rachelia itu tengah membicarakan tentang dirinya dengan tetangga kita, siapa lagi jika bukan Ananda Yazka Bratadikara" ucap Maya melembut-lembutkan suaranya seperti dayang-dayang kerajaan

Zena meniup poninya untuk menahan kesal, berbagai cara ia lakukan agar Ayahnya tidak curiga. Namun hal itu dipatahkan oleh Ibunya, dongkol sekali rasanya.

"Dih Ibu sotoy" Zena menjeda sejenak ucapannya

"Lagian si Yazka tuh udah punya calon, dan katanya juga dia mau ngelamar ceweknya itu. Zena kan udah bilang, Zena gak suka sama dia" imbuhnya lantas membuat kedua orang tuanya saling menatap

Semuanya menjadi diam, hening. Namun sesaat kemudian Maya menyadari ekspresi wajah Zena.

Maya mengelus-elus kepala putrinya.

"Sayang, jatuh cinta itu gak salah kok. Mau cinta ke siapapun itu hak kita, namanya juga perasaan kadang gak bisa dikendalikan" ucap Maya

Namun Zena hanya diam sambil mendengarkan ucapan Ibunya, yang biasanya tiap hari mengomel dan itu pun karena dirinya. Maafin ya bu.

Kini sang Ayah ikut menambahkan.

"Jatuh cinta itu gak cuma soal orang yang tepat aja nak, waktu yang tepat juga penting. Anak Ayah ini pinter banget nyembunyiin sesuatu. Ayah tahu, Zena sering kepikiran sama ucapan orang-orang karena anak Ayah yang cantik ini belum menikah" ucap Aris diam sejenak untuk meneguk sedikit kopinya

Zena hanya diam, matanya memerah. Ia tidak boleh menangis. Selama ini Zena berusaha untuk kuat menjalani kehidupannya, namun ternyata dirinya tak sekuat yang ia kira.

"Nak. Rezeki, maut dan jodoh itu sudah ada garis takdirnya. Untuk apa kita sibuk-sibuk mencari jodoh padahal yang dekat sama kita itu ajal. Selama ini Ayah sama Ibu selalu ngajarin kamu untuk ngejar dan enggaknya terhadap sesuatu, Zena paham kan?" tutur sang Ayah

Zena mengangguk kecil.

"Kita cuma punya dua tangan jadi gak bisa buat nutupin mulut-mulut mereka yang berkata-kata tak pantas. Tapi, kedua tangan ini cukup untuk menutup kedua telinga kita dari ucapan mereka yang menyakiti kita" ucap Maya

Dengan tidak sopan nya air mata itu jatuh membasahi pipinya. Benar apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya, hidup ini terlalu singkat jika kita terlalu memikirkan ucapan orang lain yang tak pernah memikirkan ucapannya sendiri.

Memanusiakan manusia itu susah-susah gampang, banyak orang yang ingin dihargai tapi tidak mau menghargai orang lain. Banyak orang yang ingin dimengerti tapi tidak mau mengerti orang lain.

"Kalo kamu mau marah, marah aja. Kalo kamu mau nangis, nangis aja. Gak usah ditahan, nanti sakit. Biarin aja kalo orang lain ngomongin apa aja tentang kita, memangnya mereka siapa? Yang mengenal kita itu, ya diri kita sendiri. Boleh dengerin orang lain, kalo mereka ngasih saran dan kritik yang membangun. Tapi kalo misalkan mereka mau ngejatuhin kita, anggap aja angin lewat" ucap sang Ibu

"Udah jangan sedih lagi, cuma si Yazka mah gak usah dipikirin nanti juga dateng kesini" ucap Aris mencoba menggiurkan suasana

"Dih kok jadi bahas si Yazka lagi sih" ucap Zena cemberut

"Siapa sih calonnya itu? Cantikan juga anak Ibu, walaupun susah banget dibangunin nya" ucap Maya

"Entah ini pujian atau apa, Zena nyengir kayak kuda aja" jawab Zena

Kemudian Zena memeluk kedua orang tuanya tanpa ragu-ragu. Ia mengucapkan terimakasih pada mereka atas segalanya.




Disini ada yang suka curhat sama orang tua nggak?


Terimakasih sudah mampir dan sampai bertemu di part selanjutnya<3

Rental Girlfriend [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang