"Kini ku temukan lagi hari dimana aku merasa kehilangan segalanya sama seperti waktu itu"
-
-
-
-
-
-
-
-"Tuhan... Naya salah apa?"
Angin berhembus membawa awan hitam, Anaya duduk termenung meratapi cerita pahit dalam hidupnya. Tidak ada lagi air mata yang mengalir dari pipinya, hanya terdengar teriakan memilukan. Anaya memukul tanah, memaki dirinya sendiri dan tak hentinya mengucapkan sumpah serapah. Faryn masih setia berdiri di samping Anaya, dia enggan menghentikan karena dia tau, yang dirasakan Anaya lebih sakit dari yang terlihat.
"Kenapa gak sekalian ambil Anaya aja?!... Kau kejam takdir! "
Tetesan air hujan mulai turun tapi itu tidak membuat Anaya bergerak dari tempatnya sedangkan Faryn sudah membuka payung yang sedari tadi digenggamnya untuk melindungi Anaya dari hujan.
"Aku gak mau sendiri!!! Ambil aku juga!!! AMBIL!!!" teriak Anaya.
Faryn melepaskan payungnya, dia mencengkram erat pundak Anaya menatap sahabatnya dalam dan mencoba menyadarkan sahabatnya kalau yang dilakukannya itu sia-sia.
"Udah Nay! Mau berapa kali lo teriak teriak? Percuma Nay!" Faryn mencoba menjelaskan.
"Pergi lo! PERGI!! " Anaya mendorong tubuh Faryn.
Faryn menggenggam erat tangannya, dia tidak akan menyerah. Anaya harus faham kalau itu sudah berlebihan.
"Nay!! Lo fikir dengan bersikap kayak gini akan merubah takdir?! Fikir Nay fikir!! "
"Lo mikir apa yang gue rasa? Gak kan?! lo gak tau apa yang gue rasa, Karena apa?! Karena orangtua lo masih ada!! " Anaya mendorong tubuh Faryn.
Entah kemana Anaya ingin pergi tapi dia tetap berlari Melangkahkan kakinya tanpa tujuan. Anaya Azkiya seorang gadis cantik yang harus kehilangan kedua orangtuanya, Anaya seorang siswi kelas XI di sekolah Angkasa. Dia seorang yang ramah tapi mungkin tidak untuk sekarang.
Hujan sudah reda, Anaya bersandar di sebuah pohon sambil sesekali mengusap matanya. Ya, ditinggalkan memang menyakitkan.
GUBRAK!!
Sontak Anaya kaget, dia berdiri dan mencari cari asal suara tadi dan didapatinya seorang laki-laki tengah terduduk sambil meringis tapi laki-laki itu menyadari kehadiran Anaya dan menatapnya lama. Anaya berpaling, melangkahkan kaki menjauhi laki-laki tadi.
Tidak terasa langit sudah gelap dan Anaya belum juga pulang. Pulang? Apa ada tempat untuk dia pulang? Dimana rumah? Apa itu rumah? Apakah sebuah tempat yang mewah? Ataukah sebuah tempat yang terdapat kebahagiaan didalamnya?. Hawa dingin menusuk kulitnya membuat Anaya memeluk dirinya sendiri.
"Nay! "
Anaya menoleh. "Maafin gue" ucap Faryn.
Anaya menatap Faryn dengan tatapan kosong.
"Malam ini lo tidur di rumah gue ya. Maafin gue Nay, gue gak maksud-"
"Iya" jawab Anaya singkat.
~~~~~~~~~~~
"Sya! Gue bosen di rumah lo! " Pian mengubah posisi duduknya.
"Jangan panggil gue Sya! "
"Yaelah, semua orang juga tau nama lo Arsya bukan Syasya" pian memutar bola matanya malas.
"Beli makan sana!" suruh Farul ketus.
Arsya mengerutkan dahinya. Yang benar saja, mereka yang datang tidak diundang, menghabiskan makanan di kulkas dan menyuruh seenak jidat? Arsya tuan rumah lho!.
"Gue?! Seenak gigi lo! Beli sendiri sono! " ucap Arsya tak Terima.
"Lo kan tuan rumah" cerocos Pian.
Ya mereka memang begitu. Dan ini adalah Arsya Andara dia memiliki dua orang sahabat. Yang satu sangat normal dan satunya lagi abnormal.
"Hujan reda, kita beli," ucap Arsya pasrah.
Tak terasa hujan pun reda, mau tak mau Arsya menepati Perkataannya. Mereka benar benar keluar untuk membeli makanan. namun, niat itu hilang ketika melihat mangga yang tergantung menawan.
"Panjat Sya! " suruh pian.
"Gue lagi?! "
"Ya" ucap Farul
"Sabar Arsya sabar,"Arsya berkata sendiri.
Perlahan dia mencoba memanjat pohon itu. Pohonnya sedikit licin, mungkin karena tadi hujan. Dengan hati hati dia mengambil mangga yang tergantung itu, tapi dia merasa ada yang janggal. Dia melihat kebawah dan benar saja dua manusia itu sudah menghilang entah kemana.
Arsya menghela nafas, sedikit lagi dia bisa menggapai mangga itu tetapi kejanggalan baru malah muncul. Dia mendengar isakan, apakah ada setan? Dengan perlahan Arsya melihat tetapi yang terjadi dia malah terjatuh dengan posisi bokongnya yang mendarat duluan.
GUBRAK!!
Ingin Arsya menyalahkan dunia, dahan yang menjadi pijakannya tiba tiba patah dan yang lebih parahnya lagi seorang gadis melihatnya, tapi tak lama hingga saat gadis itu memilih pergi meninggalkan Arsya. Ada apa dengannya? Mengapa dia kelihatan sangat lelah?
~~~~~~~~~~~
"ARSYA!!! sumpah Demi apa, mangganya manis! " ucap Pian yang masih dengan lahap memakan mangga.
"kalian pada dari mana?! " Arsya melihat ketus kearah mereka.
"Hehe.. Habis beli roti bakar Sya! " jawab Pian santai.
Tanpa aba-aba Arsya langsung melilit leher Pian dengan tangannya.
"Aduh! Kenapa sih lo?! Kesurupan?!! " ucap pian sambil menahan tangan Arsya.
"Gue capek capek manjat dan lo malah beli roti bakar!! "
"Laper" Farul menjawab seakan tak ada dosa.
"Rul! Tolongin gue!!! "
"Mager"
Pian menarik rambut Farul dengan sekuat tenaga.
"Lepasin woi!! "
"MAGER!!!!! " balas pian
Thanks for reading guys!!!
⚠ don't forget to like and comment
Cerita absurd by me
Arsya Andara Anaya Azkiya
Farul relian rama Faryn putri
Pian sagara~Takdir~

KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR: Don't left me [END]
أدب المراهقين"Seseorang gak akan bisa faham kalau dia gak merasakan penderitaan yang sama!" "Yaudah.. bagi penderitaan lo ke gue, biar gue bisa faham! " ~~~~~ Dunia menjadi sulit bagi Anaya, takdir menjadi tidak adil kepadanya dan bahagia berubah menjadi a...