"Ketika pahlawan tidak berjubah."
-
-
-
-
-
-"Ini rumah siapa? Gue gak nyasar kan? Ya ampun Dimas... Lo punya nyali segede apa? Mana pergi gak bawa pasukan. Lah kalau tuh orang punya anak buah gimana donk? Buka aja kali ya? Aduhhh.... Kok jadi takut sih. Ayok berani!! Di dalam ada Anaya!!"
Dimas mengusap wajahnya, dia bimbang. Jujur saja, ini adalah kejadian yang paling menegangkan di dalam hidupnya. Perlahan tapi pasti dia melangkah.
"Mak... Kalau Dimas gak balik kerumah, cari Dimas ya mak" adu nya kepada angin yang berhembus berharap pesannya tersampaikan kepada ibu tercinta.
Dimas melihat dari celah celah jendela, Anaya di tampar habis-habisan oleh pemuda itu. Dimas mulai geram. Tampak laki-laki itu menyiramkan Anaya dengan sesuatu. Tunggu, Dimas memejamkan mata untuk meresapi bau cairan itu.
Setelah dia tau, Dimas melotot. Bensin! Dia gila apa?!!!!. Dimas mulai gelagapan, dia memutari rumah untuk mencari sumber air dan ember. Mungkin Tuhan mendengar doa nya. Dimas menemukan sebuah air di dalam ember. Ini air apa? Mungkin tampungan air hujan kali ya?. Dimas mengambilnya.
"Semoga sempat semoga sempat!!!" Dimas kembali mengintip melalui jendela.
Gawat!!! Dia nyalain mancis, apa-apaan itu!! Gila dia! GILAAA.
GUBRAKKKK
Dimas membuka pintu dengan sekali tendangan.
"Siapa lo?! Kok- "
Tanpa banyak berfikir lagi, Dimas menyiramkan air yang ada di embernya.
Byyuuurrrr
"BAN*SAT!"
Nah kan, marah dia. Tapi gak apa apa, yang penting api di mancis tadi udah padam. Dimas membuang ember itu ke sembarang arah. Lelaki tadi memanggil anak buahnya. Sudah Dimas duga, pasti akan begini.
Bughh
Satu pukulan mendarat di rahang Dimas membuatnya terhuyung kesamping.
Bughh
Lagi, pukulan mendarat di perutnya. Ini tidak adil, lima lawan satu? Tentu saja Dimas kalah. Gafa menepuk jaketnya. Anaya sudah histeris teriak. Bagaimana tidak, Dimas sudah kewalahan. Bahkan kemeja yang digunakannya sudah bercak darah.
Anaya menutup mata, tidak sanggup melihat keadaan Dimas. Gafa tertawa melihatnya. Dia mencengkram dagu Anaya dan memaksa gadis itu untuk melihatnya.
"Lihat Nay? LIHAT!!!"
"BERHENTII!!!" teriak Anaya ketika Dimas sudah tak lagi sadar.
Gafa tertawa lebih keras. Entah kenapa ini semua membuatnya senang. Dia mencekik leher Anaya hingga Anaya kesulitan bernafas.
"Mati!"
Bughh
Tendangan jitu melayang hingga menjatuhkan salah satu anak buah Gafa. Tampak Arsya dengan nafas memburu menatap Gafa. Gafa tidak tinggal diam, dia melayangkan pukulan tepat di rahang Arsya. Lagipula dia masih memiliki dendam kepada Arsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR: Don't left me [END]
Dla nastolatków"Seseorang gak akan bisa faham kalau dia gak merasakan penderitaan yang sama!" "Yaudah.. bagi penderitaan lo ke gue, biar gue bisa faham! " ~~~~~ Dunia menjadi sulit bagi Anaya, takdir menjadi tidak adil kepadanya dan bahagia berubah menjadi a...