6. tentang dia

19 18 0
                                    

"Menghilang tanpa bisa ditemukan dan pergi tanpa bisa kembali"

-
-
-
-
-
-
-

Hari ini libur, Anaya duduk memandang ke arah jendela. Hujan menemani Anaya pagi ini. Tiba tiba suara ketukan terdengar dari luar. Anaya beranjak dari duduknya dan membuka pintu depan.

"HOACHIMMM" Lili mengusap hidungnya pelan.

"Rul! Lo apain temen gue?" protes Anaya ketika melihat kondisi Lili yang mengenaskan.

"Gak enak datang sendiri, jadi gue ajak dia" ucap Farul seraya melirik Lili.

Anaya mengajak mereka masuk. Tak lupa mengambil handuk dan juga teh hangat untuk Lili. Sekarang mereka duduk di sofa. Farul mengeluarkan beberapa lembar kertas dan pena.

"Mau bahas OSIS, Rul?" tanya Lili yang menggenggam segelas teh hangat.

"Iya, dikasih tau kak Rio katanya besok penurunan ketos" Farul membuka ponselnya lalu memperlihatkan pesan dari Satrio kepada Anaya.

Lili mengangguk faham, suasana menjadi hening saat Farul dan Anaya mulai sibuk dengan urusan masing-masing. Lili tersenyum getir, dia menundukkan kepalanya.

"Jadi keinget kita berempat dulu," kata Lili sambil memperhatikan gelasnya.  "Gue tau, semua orang pasti berubah. Entah karena waktu, jarak atau hilangnya rasa. Tapi kadang gue mikir, apa cuman gue yg masih sama?." lily tersenyum kecil.

Anaya dan Farul diam. Berhenti sibuk dengan apa yang mereka lakukan tadi. Lili benar, kini mereka merasakan ada yang kurang, kehadirannya sudah menghilang. Menghilang tanpa bisa ditemukan dan pergi tanpa bisa kembali. Seseorang yang selalu membuat cerita, menjadi warna untuk ikatan persahabatan mereka.

"Sekarang, semua udah beda. Tinggal kenangan yang bisa buat kita ingat dia" ucap Lili pelan.

~~~~~~~~~~~~

"Kami harap, pengganti kami nanti bisa lebih bertanggung jawab dalam menjalankan tugasnya" Satrio menutup pidatonya.

Setelah upacara selesai, seluruh siswa bubar barisan dan menuju ke kelas masing-masing.

"Siap-siap jadi rival gue!" Arsya membentuk tangannya menjadi sebuah tos.

Farul juga memberikan sebuah tos. "Gue lebih siap daripada lo" balas Farul tak mau kalah.

"Pacar sama selingkuhan gue akur" Pian tersenyum lebar ditengah tengah mereka.

"PIAN! FARUL! ARSYA! TUNGGU APALAGI! CEPAT MASUK KELAS!! " teriak seorang  dengan perawakan badan yang pendek dan sedikit berisi dan jangan lupakan kepalanya yang selalu bersih tanpa rambut sedikitpun. Siapa lagi kalau bukan Pak Bram. Si guru Fisika yang terkenal killer.

Arsya nyengir langsung pergi menuju kelas diikuti Farul. Sedangkan Pian berlari menuju arah kantin.

"PIAN! MAU KEMANA KAMU!!" teriak Pak Bram lagi.

"Laper Pak! "

Baru saja Pak Bram ingin mengejar Pian. Pian malah lari menuju kelas sambil tertawa ngakak. Siswanya yang satu itu, hobi sekali membuat Pak Bram naik darah.

TAKDIR: Don't left me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang