ENAM

3.3K 308 2
                                    

"Aku pintar dalam masalah pelajaran. Tapi, aku remedial dalam masalah perasaan."

Saat ini ashel sedang berdiri di depan gerbang sekolahnya untuk menunggu ojek online yang sudah ia pesan beberapa menit yang lalu. Tidak hanya ashel, tapi banyak siswa yang berdiri di sana.

Karena kelamaan menunggu, ashel berniat untuk berjalan kaki, sudah 10 menit yang lalu ashel memesan ojek online, bukan jakarta jika tidak macet.

Ashel akhirnya membatalkan pesanan ojek online dan memutuskan untuk istirahat sebentar di halte sembari menunggu angkutan umum yang lewat.

Baru saja sekitar tiga menit ashel duduk di sana, sebuah motor biru menghampirinya.

"Ngapain lo di sini? Mejeng?" Seseorang itu membuka kaca helm yang di pakainya meski terik matahari yang menyeruak di retina matanya, tapi ashel masih bisa melihat dengan jelas wajahnya. "Jangan bilang lo lagi nungguin gue"

Ashel menarik nafasnya berat "geer banget lo" ashel memalingkan wajahnya ke samping

"Mau balik bareng gue nggak" tawarnya, menarik turunkan alisnya

"Lo ngapain di sini? Pasti ngikutin gue kan?" Selidik ashel

"Cuma lewat"

"Yaudah. Kalo gitu gue nebeng lo" ucap ashel sumringah

"Boleh. Tapi nggak gratis"

"Matre banget lo del" tutur ashel

Benar, wanita itu adalah adel. Siapa lagi yang bisa menguras emosi ashel jika bukan adel?

"Naik"

Satu kata itu sukses membuat senyum ashel melebar dan segera beralih mendekati motor adel

"Helm buat gue mana?" Ashel meletakan tangannya depan wajah adel, persis seperti anak TK yang meminta uang jajan pada ibunya

"Gue nggak bawa helm dua. Cepet naik! Mau gue tinggalin?"

Ashel memicingkan matanya ketika adel menutup kaca helmnya dan segera bersiap untuk segera menarik gas. Ashel percaya adel akan membawanya dengan selamat sampai rumah. Tapi jika mereka di tilang? Tapi tidak ada pilihan lagi buat ashel selain duduk diam di belakang tubuh adel.

Adel menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, ashel hanya menyembunyikan wajahnya di balik badan adel, banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka, membuat ashel merasa tak nyaman.

Motor biru yang menjadi kebanggaan adel berhenti di salah satu cafe, bukan di depan rumahnya.

"Kok elo bawa gue ke sini?" Tanya ashel sembari turun dari motor adel. Kepalanya mendongak, melihat jajaran huruf yang memamerkan nama cafe tersebut 'cafe renjana'

"Gue nggak bilang mau pulang tuh" jawab adel sambil menyimpan helmnya di atas motor. Menyisir rambutnya kebelakang, kemudian pergi begitu saja meninggalkan ashel yang masih terdiam mencerna ucapannya. Namun kemudian ashel mengekori adel.

"Hoby banget lo ninggalin gue" omel ashel lalu duduk di kursi yang berhadapan dengan adel

"Lo aja yang lelet" dengus adel melipat kedua tangannya di dadanya

"Gila lo" ashel menggeleng gelengkan kepalanya

"Terserah dong" adel melirik ke arah pelayan yang tidak tahu sejak kapan berdiri di sampingnya.

Adek mengambil daftar menu yang di berikan pelayan itu padanya.

"Cremy latte 2 sama spageti 2" setelah menyampaikan pesanannya, pelayan langsung pergi.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang