EMPAT PULUH TUJUH

1.5K 130 7
                                    

Apa yang membuat kita berbeda jauh? Bukankah kita sama sama yakin bahwa Tuhan hanya satu?

Adel melepas pelukannya. "Lo kesini sama siapa? Kenapa gak ngabarin gue?"

"Sengaja dong biar surprise gitu" Ucap wanita itu dengan sumringah

"Cucu oma udah pulang ternyata"

Adel menoleh, ia melihat omanya tengah menyiapkan makanan di atas meja. Adel berjalan ke arah omanya.

"Oma" Adel langsung memeluknya.

Oma nadya mengelus puncak kepala cucunya. "Oma udah tahu semuanya sayang! Kenapa kamu gak ngasih tahu semua nya ke oma?"

"Adel takut oma" Ucap Adel ia melepas pelukannya.

"Papah kamu itu anak oma Adel! Oma berhak tahu apa yang terjadi. Gak seharusnya kamu sembunyiin ini dari oma"

"Iya oma, Adel minta maaf"

Oma nadya menangkup wajah Adel. "Kamu yang kuat yah sayang! Oma bakal jagain kamu"

Adel tersenyum tipis. "Oma tahu dari siapa kalo papah udah meninggal?"

"Oma sengaja datang hari ini karena seminggu lagi papah kamu bakal nikah, terus tadi waktu oma sampai di depan rumah gak sengaja ketemu Anin. Dia nanya sama oma kenapa oma gak datang waktu pemakaman papah kamu" Ucap oma dengan suara yang berat.

"Maafin Adel oma" Adel menundukan wajahnya.

"Kok gue ngerasa jadi kacang yah" Ucap wanita itu

Adel mengidikan bahunya tak perduli. "Oma kenapa ngajak ni Anak sih"

"WOY! Gue punya Nama, Nama gue Naura!! NAURA PUTRI AZZAHRA" Ujarnya memperingati

"Apasih lo! Terserah gue dong mau manggil lo apa" Sangkal Adel tak mau kalah.

"Sama sodara gitu amat lo" Ucap Naura lalu duduk di meja makan, bersiap menyantap makanan.

"Siapa yang nyuruh lo makan di situ?" Tanya Adel mampu menghentikan kegiatan Naura.

"Kok gue denger suara tapi gak ngeliat orang nya ya" Tutur Naura bermonolog.

"Kamprett" Umpat Adel.

"Adel sudah! Sekarang kamu ganti baju dulu! Udah itu kita makan bersama ya" Lerai oma

"Iya oma" Ucap Adel menurut.

Sebelum pergi menuju ke kamarnya Adel menyempatkan diri untuk menjitak kepala Naura.

"ADEL! Bangsat lo!"

Adel hanya berlari kecil melangkah menaiki tangga sembari terkekeh kecil.

Sedangkan oma Nadya hanya geleng geleng kepala melihat kedua tingkah cucunya. Memang sedari dulu Adel dengan Naura jarang sekali akur, jika mereka bertemu pasti selalu ada perdebatan. Tidak ada yang ingin mengalah dari mereka berdua, keduanya sama sama batu. Itu sebabnya keluarga Naura tetap bertahan di surabaya dan membiarkan keluarga Adel untuk tinggal di jakarta.

"Adel nanti tolong anterin puding ini ya ke rumah Bu Anin" Perintah oma sembari meletakan keresek berwarna hitam di atas meja makan.

"Kenapa harus Adel oma?" Tanya Adel, ia duduk di kursi bersiap menyantap makanan.

"Tinggal kasih aja gak usah banyak protes juga kali" Ujar Naura dengan mulut yang sibuk mengunyah

"Yang nyuruh lo ngomong siapa? Diem! Suara lo berisik kaya toa mesjid" Cibir Adel

Oma duduk di samping Adel. "Oma sama Naura mau ke makam papa kamu! Jadi tolong ya anterin"

Adel mengangguk. Ia tidak bisa menolak perintah oma nya di tambah lagi tatapan hangatnya yang membuat hati Adel tenang. Sebenarnya ia malas jika harus bertemu Ashel, tenaga nya terkuras habis jika di pakai untuk bertengkar.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang