EMPAT

3.6K 322 5
                                    

"Diriku yakin, engkau bukanlah kacang yang lupa akan kulitnya. Tetapi engkau ialah bagian dari dimensi api yang tak lupa asapnya."

Benar pikir adel, gerbang sekolah sudah tertutup rapat. Marsha turun dari motor adel tepat saat adel menghentikan motornya di depan gerbang sekolah.

"Gimana dong dell? Kita telat nih" ucap marsha yang merasa gelisah

"Tenang sha! Lo ikut gue aja" adel menarik tangan marsha menuju belakang sekolah

"Ini pagar biasanya di pake orang kalau lagi telat kaya gini" adel menunjuk sebuah pagar yang tidak terlalu tinggi yang berada di hadapannya.

"Terus? Kita manjat?" Marsha melirik pagar itu dari atas sampai bawah

"Lo mau merangkak? Terserah sih"

Marsha tertawa pelan

"Lo jangan ketawa" cegah adel

"Kenapa?" Marsha menaikan sebelah alisnya

"Manis! Takut nanti gue jatuh cinta sama lo"

Marsha mengulum senyum, ia yakin pasti sekarang pipi nya sudah memerah akibat ulah adel.

Sedangkan mata adel terus menatap marsha yang membuat bulu kuduk gadis itu berdiri

"Apaan sih lo" marsha menghembuskan nafasnya pelan, mengatur kembali detak jantungnya

"Kenapa?"

Marsha menggeleng

"Motor lo gimana?" Tanyanya mengalihkan pembicaraan

"Nanti gue titip di warung abah aja" jawabnya enteng

"Warung abah?" Marsha tidak mengerti dengan jawaban adel

"Ada warung kecil deket sekolah. Nanti gue titip motor aja di sana"

"Terus lo? Nggak ikut masuk?"

Adel tersenyum lalu menggeleng

"Lo duluan aja" titahnya

"Tapi lo?"

"Udah nggakpapa. Tenang aja" tutur adel meyakinkan

"Serius?"

Adel kembali mengangguk

"Cepet naik"

Adel menyodorkan kedua telapak tangannya sebagai penyangga agar marsha lebih mudah naik ke atas pagar

"Lo jangan ngintip" perintahnya.

"Iya"

Marsha menaikan kaki kirinya di atas tangan adel dan kaki kanannya ia daratkan pada bagian tengah pagar sekolah, tidak begitu sulit. Saat ia sampai di atas, marsha langsung meloncat, pendaratan yang cukup bagus.

"Makasih" marsha menepuk bagian roknya yang terlihat kotor

"Sama sama"

***

"Lo lihat jelmaan bumi nggak?" Bisik Ara sembari melihat ke belakang.

Oniel menyondongkan badannya ke depan

"Maksud lo adel?" bisik Oniel tak kalah pelan

Karena guru ipa tengah mengajar, jadi mereka harus saling bisik membisik jika mengobrol seperti ini. Apalagi Oniel duduk di belakang Ara, mereka harus sangat hati hati.

"Iya"

"Gue belum ngeliat dia. Coba lo chat"

Ara kembali menghadapkan tubuhnya ke depan, bukan memperhatikan guru, melainkan mengeluarkan ponselnya dari saku celana.

Lima menit ia menunggu balasan, akhirnya pesan yang ia kirim telah di balas.

Ara kembali menengok ke belakang

"Di warung abah" bisiknya kembali

"Susul!" Ajak Oniel yang langsung mendapat anggukan dari Ara

***

Warung di pertigaan dekat SMP Mahardika Patlapan adalah bescame ketiga anak remaja. Tempatnya sangat sederhana, hanya ada dua kursi panjang dan satu meja, dagangannya pun tidak banyak hanya ada kopi, gorengan dan cemilan cemilan kecil.

Warung abah itu sering di datangi oleh tiga remaja anak SMP, bila di kelas mereka tidak ada guru dan mereka ingin bolos, maka tempat tujuan mereka adalah warung abah. Di sebut warung abah karena penjual warung itu usianya sudah terbilang berumur, tidak banyak yang tahu jika mereka bertiga sering nongkrong di sana.

Wanita dengan jaket biru dan wanita tanpa jaket baru saja datang lalu duduk di samping adel yang sedang meniup kopinya yang panas

"Ngapain lo pada kesini?"

"Nemenin lo lah" ujar Oniel lalu mengambil roti yang sudah di sediakan di atas meja

"Lagian lo bolos nggak ngajak sih" sambar Ara sembari membuka jaketnya

"Gue telat. Jadi bolos aja jam pertama, nanggung" jelas adel

Dengan tidak tahu dirinya Ara merebut kopi yang ada di genggaman adel

"Yaelah raa. Itu kopi belum gue minum. Main ambil ambil aja" pandangan adel menatap nanar kopi yang sedang di minum Ara

"Minta dikit" Ara meletakan kopi yang tinggal setengahnya itu di atas meja

***

"Kalian ngeliat temen kita nggak?" Tanya Ara saat ia tiba di meja kantin ashel, chika, kathrin dan langsung duduk yang di ikuti Oniel

"Emang gue nyokapnya. Lo kan teman baiknya kenapa nanya kita?" Ketus Chika

"Sensi amat lo" sindir Oniel

"Kalian bertiga di alpain lo tadi" ujar kathrin

"Nggakpapa lah. Sekali ini aja" tutur Ara santai

"Emang kalian dari mana aja tadi?" tanya ashel

"Warung abah" jawab Oniel

"Bareng adel kan? Terus kenapa nanyain adel ke kita" ucap kathrin sembari memakan cemilan

"Tadi dia ngomongnya sih mau ke toi-"

"WOY! Gosipin gue ya lo pada" tuding adel lalu duduk di samping Oniel

"Geer banget lo" dengus kathrin

"Shel" ashel langsung menoleh ke belakang kala namanya di panggil oleh seseorang

"Mau ngomong bentar. Boleh?" tanya Gita

Ashel mengangguk setuju

Gita melirik ke arah adel dan menatapnya tajam. Adel tidak mau kalah, ia membalas tatapan Gita dengan tatapan yang tak kalah tajamnya

Ashel langsung menarik tangan Gita ke arah luar kantin. Ia sempat melihat tatapan kurang sahabat antara Gita dan adel

"Kenapa?" Tanya ashel saat mereka sudah keluar kantin

"Kenapa ada dia?" Tatapan Gita seakan mengintimidasi ashel

"Adel kan temen aku taa. Jadi engga apa apa dong kalau dia ikut gabung" jelas ashel

Gita melipat kedua tangannya di dada

"Yaa aku tau, Tapi aku nggak suka aja ngeliatnya"

"Kenapa?"

"Kamu nggak kenal sama dia shel. Jangan deket deket dia, apa kamu ga curiga sama dia?!" Lugas Gita

"Aku kenal dia laa. Dia adel, emang kamu udah kenal lama sama dia? Kamu tahu dia orangnya kayak apa?, Dan kenapa aku harus curiga? dia baik kok!" Ashel tidak suka pembahasan adel diantara mereka. Ia tidak suka membawa orang lain dalam pertengkaran mereka, ashel benci hal itu.

"Kamu belain dia?"

"Nggak! Bukan gitu. Aku nggak mau aja kamu marah marah sama orang yang nggak ngelakuin kesalahan apapun"

"Kamu ngomong gitu karena kamu nggak tahu dia itu siapa" emosi Gita naik turun. Ia mengenal adel jauh sebelum ashel mengenalnya. Jadi ia khawatir jika terjadi sesuatu pada gadisnya akibat ulah adel.

























VOTE KUYY!

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang