DUA PULUH TUJUH

2.5K 251 13
                                    

Aku ingin mencintaimu lebih banyak dari debar. Lebih besar dari sabar. Dan lebih lama dari selamanya

Sesuai janjinya, Ashel kini tengah berada di rumah Adel. Ia membantu wanita itu untuk menyalin remednya, tapi bukannya membantu Ashel, cewek itu malah sibuk berkutat dengan ponselnya dengan membaringkan tubuhnya di sofa, sedangkan dirinya duduk di bawah hanya dengan alas karpet, membuat Ashel mau tak mau kembali menghela nafasnya berat.

"Ini tugas lo, kenapa jadi gue yang ngerjain?"

Adel menoleh. "Kan lo udah janji mau bantuin gue"

"Gue gak ngomong buat bantuin semua nya, lo juga harus bantu nyalin dong" Dengus ashel kesal

"Yaudah bentar" Pasrah Adel.

"Balikin handphone gue" Titah Ashel sembari meletakan tangannya di udara.

"Bentar" Adel duduk di bawah, di samping Ashel. "Bio whatsapp lo kurang estetik, coba tambahin nama gue" Ujar cewek itu dengan senyum menggoda.

"Gajelas banget sih hidup lo. Siniin HP gue"

"Kenapa? Lo lagi chattingan sama yang lain?" Tuduh Adel dengan mata yang memicing.

Ashel menghembuskan nafasnya pasrah. "Terserah lo"

Ashel kembali melanjutkan aktivitas menyalin remed kekasihnya itu. Sekarang ia merasa menyesal telah menawarkan diri untuk membantu cewek itu.

Adel terus menerus memperhatikan wajah Ashel dengan senyum yang berkembang di bibirnya. Ia beruntung bisa memiliki gadis secantik dia, awalnya juga ia tidak menyangka bisa menyukai teman sekelasnya itu apalagi dirinya dan gadis itu selalu bertengkar kecil.

"Lo tau gak, dulu gue suka durian, tapi sekarang udah enggak" Tutur Adel yang masih memperhatikan wajah Ashel.

Ashel menghiraukan nya, ia masih sibuk menyalin, tanpa mau menoleh sedikitpun. "Terus? Gue harus jungkir balik?"

Adel terkekeh. "Soalnya sekarang gue sukanya sama lo"

Ashel menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh. "Lo bantu gue atau sekarang gue pergi" Ancam Ashel membuat nyali Adel sedikit menciut.

Adel mengambil bolpoinnya lalu mulai menyalin kembali remednya. "Judes banget lo sama pacar"

"Kalo pacarnya kayak lo, perlu buat di judesin"

"Gue sayang lo hari ini dan seterusnya" Gumam Adel

Ashel kembali menulis. "Kalo dua tahun yang akan datang?" Tanyanya

"Masih sayang lo" Tutur Adel masih terus menulis.

"Kalo sepuluh tahun yang akan datang?" Tanya ashel kembali.

Adel tersenyum simpul. "Gue sayang sama yang lain"

Ashel sontak menghentikan aktivitasnya lalu menoleh dengan menatap horor ke arah Adel. "Siapa?" Ketusnya

"Anak anak kita"

Sontak ashel tersipu malu, ia mengulum senyum. Kenapa Adel mampu membolak balikan hatinya seperti ini.

Adel tertawa lebar melihat perubahan wajah ashel yang pipinya memerah bak kepiting rebus. Lalu ashel menatap Adel dalam, ucapan Adel menyadarkan lamunan ashel.

Adel mengacak rambut ashel gemas. "Makasih udah bantuin gue"

Ashel mengangguk sebagai jawaban. Ia kembali memfokuskan matanya pada buku dan kembali menulis, ia tidak ingin berhadapan langsung dengan adel, cewek itu mampu membuat hatinya berbunga bunga seperti saat sekarang ini, ashel harus bersusah payah menormalkan kembali detak jantungnya.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang