TIGA PULUH ENAM

2.3K 265 21
                                    

Aku mau menjadi apa apa yang membuatmu lama, bahkan lebih dari selamanya

Adel mengerutkan keningnya melihat rumahnya yang di sebrang sana terdapat mobil berwarna hitam terparkir di depan rumahnya.

"Siapa?" Tanya Ashel saat ia turun dari motor Adel lalu ia memberikan helm pada Adel.

"Gue juga gak tahu" Adel menyimpan helm Ashel di depan.

"Lo masuk aja sana" Adel mengelus lembut rambut Ashel.

"Serius? Gak mau gue temenin ke rumah?"

Adel terkekeh. "Ngapain juga gue minta temenin sama lo! Gue kan udah biasa masuk rumah sendiri"

"Ish. Bukan gitu tau, siapa aja di rumah lo ada tamu" Ashel terus menerus melirik rumah Adel yang ada di sebrang. Berharap ada seseorang yang keluar dari sana, supaya ia tahu siapa sebenarnya tamu yang berada di rumah Adel.

"Gak papa sayang! Tenang aja. Paling tamu tak di undang" Ucap Adel.

"Lo pikir Jailangkung" Gumam Ashel.

"Kayak lo dong"

Ashel menggeplak bahu Adel. "Ngaco! Lo mau punya pacar jadi jadian?"

"Kalo hantunya kayak lo, gue mau aja sih"

Ashel terkekeh. "Kalo gitu lo yang jadi tuyul"

"Gue mau nya sih jadi satu satunya buat lo"

"Jangan di tanya lagi kalo itu udah pasti"

Adel mencubit pipi Ashel gemas.

"Sakit Dell" Rengek Ashel.

"Cepet sana masuk! Gue juga mau pulang"

Ashel mengangguk. "Gue pulang dulu ya! Good bye pacar"

Adel tertawa mendengarnya. Kenapa tingkah gadis itu sangat lucu ketika sedang konyol seperti itu. Tidak seperti Biasanya Ashel bersikap manis padanya, karena jika Ashel berhadapan dengannya pasti gadis itu akan naik darah.

Adel pergi dari kediaman rumah Ashel saat gadis itu sudah memasuki rumahnya.

Adel mematikan motornya di depan rumah, ia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah.

Dia sangat malas sebenarnya harus kembali ke rumah yang selalu hening, tanpa canda tawa seperti dulu. Ia merindukan bunda, merindukan papahnya dan merindukan keharmonisan keluarganya.

"Reva"

Adel lantas menoleh pada seseorang yang tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Oma?"

"Gimana kabar kamu sayang?" Tanya wanita tua itu.

Adel berjalan mendekat. "Baik oma! Oma kapan ke sini?" Adel duduk di samping oma nya. Tanpa menoleh sedikitpun pada orang sekitar. Sudah jelas di ruang tamu terdapat papahnya dan calon ibu tirinya, namun Adel mengacuhkan kehadiran mereka berdua.

Ia sangat merindukan oma nya. Hanya oma yang tahu betapa hancurnya Adel ketika orang tuanya berpisah, oma nya yang selalu ada ketika Adel merasa kesepian. Namun dulu oma harus pindah ke kampung halamannya yang berada di Surabaya karena rumah yang di tempatinya di sekitaran Kompleksnya akan di jual, Dan dari situ Adel tidak pernah melihat wajahnya bahkan berkomunikasi dengan oma nya membuat Adel mau tidak mau harus mengubur rindunya.

Oma mengelus rambut cucunya itu. "Oma kangen banget sama kamu"

Adel memeluk oma dari samping. "Aku jauh lebih kangen dari oma"

Oma mengusap punggung Adel. Ternyata cucu kesayangannya itu sudah tumbuh besar sekarang. "Kamu gak mau ganti baju dulu? Oma pengen jalan jalan sama kamu"

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang