TIGA PULUH DUA

2.4K 268 8
                                    

Persetan dalam rasa nyaman.
Aku cinta kamu di semua keadaan.

Selepas kepulangan Zee, Ashel langsung mendekat kearah adel yang masih memasang wajah datar datarnya bahkan cewek itu tidak berniat membalas tatapan ashel.

"Dell" Panggil ashel. Namun Adel masih mengacuhkannya dengan memalingkan wajahnya kearah lain.

"Maafin gue dong" Mohon ashel
"Tadi gue nungguin lo tahu, katanya mau jemput gue tapi malah ga dateng" Ashel menghela nafas saat Adel masih tidak merespon ucapannya.

"Zee nawarin tumpangan sama gue, awalnya juga gue udah nolak. Tapi dia maksa, yaudah dari pada nunggu lo lama akhirnya gue dianter sama dia. Lo jangan salah paham dulu! Tadi gue duduknya jauhan kok gue juga ga megang megang dia" jelas Ashel

Kali ini Adel menoleh. Ia menahan dirinya untuk tidak tertawa melihat wajah cemberut Ashel. Sebenarnya ia juga tidak masalah jika Ashel di antar Zee, di tambah lagi mendengar penjelasan gadis itu yang benar, karena ini juga salahnya. Yang jadi masalah nya saat ini adalah foto itu. Foto yang di kirim oleh seseorang yang Adel pun tidak tahu siapa pengirimnya. Adel merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.

"Ini apa?" Tanya Adel sembari menunjukan foto itu pada ashel.

Ashel meraih ponsel itu lalu memperbesar gambarnya. "ini gue? Dapet dari mana?"

Adel mengangkat bahu acuh

Ashel nampak berpikir. Dari mana Adel mendapatkan fotonya dengan Zee?

"Ini Zee lagi bantuin gue, soalnya ada yang gak sengaja ngelempar bola basket ke kepala gue"

"Kenapa mesti dia yang nolongin lo?" Tanya Adel ngelantur.

"Emang lo ada di situ? Makanya jangan suka bolos jadi gue ditolongin orang lain" Cibir Ashel

Adel mendengus sebal. "Lo gak mau minta maaf?"

"Gue udah minta maaf tadi kali. Lo kemana tadi sampe gak bisa jemput gue?"

Okey. Lagi lagi wanita yang benar dan sekarang yang salah adalah dirinya. Kenapa sekarang keadaan malah berbalik.

"Tidur" Jawab Adel singkat.

"Udah dong sayang jangan marah terus" Adel memegang kedua pipi Adel sehingga mata mereka saling bertemu.

"Maaf yaa" Gadis itu memasang wajah cemberutnya membuat Adel mau tak mau harus menahan ketawanya lagi. Jika seperti ini, ia tidak bisa berlama lama marah pada sang pacar.

Karena tidak ada jawaban, Ashel mencubit kedua pipi Adel dengan keras

"Aws sakit tahu" Adel langsung menepis tangan ashel.

Ashel mengerucutkan bibirnya. "Habisnya sih elo di ajak ngomong gak di dengerin"

"Gue punya kuping otomatis denger" Bela Adel.

Ashel bersedekap dada. "Oh" Rajuknya.

Adel menghela nafas beratnya. "Lo masuk terus ganti baju. Gue tunggu di rumah" Titahnya.

"Mau kemana?"

"Gak usah banyak tanya! Cepet, kalo lelet gue tinggal" Tutur Adel dingin.

Ashel mencibir pelan lalu pergi masuk ke dalam rumah dengan menghentakkan kakinya kesal. Kenapa sikap Adel terus menerus dingin padanya, padahal kan ia sudah minta maaf. Lagian ini juga bukan salah dia sepenuhnya, Adel juga salah karena tidak menjemputnya tapi kenapa cewek itu tidak meminta maaf padanya. Ah sudahlah!

Ashel menuruni anak tangga satu persatu, hanya dengan memakai kaos putih panjang dengan celana kain berwarna hitam sudah membuatnya begitu sangat cantik. Lalu ia menghampiri mamahnya yang sedang menonton di ruang tamu dengan dava yang berada di pangkuannya.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang