DUA PULUH SEMBILAN

2.3K 276 8
                                    

Aku ingin benar bahagia. Melalui kamu atas izin dari-nya.

Sesuai dengan permintaan papahnya, Adel sekarang sedang duduk di kursi restauran dengan pak kris yang duduk di hadapannya. Adel tidak mengerti mengapa papahnya tiba tiba mengajaknya makan, jika bukan karena ada apa apa.

Adel menyibukan diri dengan ponselnya dengan membuka aplikasi instagram. Sedangkan pak kris sedang sibuk membuka daftar menu. Adel merindukan momen seperti ini momen makan bersama yang ia nantikan selama ini namun sayangnya mamahnya tidak ikut hadir disini. Entah karena apa tapi dirinya merasa canggung seperti ini.

Adel mendongak kala mendengar kursi yang berdecit lalu mengernyitkan dahi ketika ada seorang wanita duduk di samping papahnya. Wanita itu tersenyum ke arah Adel, seolah mengerti apa arti dari raut wajah bingungnya wanita itu memperkenalkan diri.

"Hallo nama tante, tante Bella" Tutur wanita paruh baya itu lalu mengulurkan tangannya.

Adel yang merasa asing hanya mampu tersenyum tipis dan menyambut uluran tangan itu. "Reva tante"

"Dia calon mamah baru kamu"

Kalimat itu mampu membuat Adel terdiam, hatinya seakan sesak mendengar itu. Bahkan pernikahan bumda nya pun belum ia Terima penuh, dan sekarang papahnya mengikuti jejak sang bunda dan Adel harus menerima semua itu. Bukan hal yang mudah baginya untuk menerima ini dengan baik.

"Kenapa?" Tanya Adel dingin

"Papah ngerasa hidup kurang aja kalo tanpa seorang istri" Jawab pak kris dengan menegakkan tubuhnya

Adel menoleh pada wanita paruh baya itu. "Tante kenapa mau sama papah?"

Wanita itu terkekeh. "Kenapa Reva tanya seperti itu? Udah jelas tante sayang sama papah kamu"

"Apa bukan karena harta?" Otak Adel seakan berputar, bukan cuma cuma jika wanita itu menikahi papah jika bukan karena harta.

"Jaga ucapan kamu Reva" Tegur pak kris datar.

"Kenapa pah?" Tanya Adel tak kalah dingin

"Papah gak pernah ngajarin kamu kayak gitu. Sopan sama orang!"

"Emang papah pernah ngajarin aku apa aja? Bahkan aku gak inget papah pernah ngajarin apa dan sekarang papah aja jarang di rumah dan balik balik bawa istri baru?"

Adel hendak pergi namun langsung di cegah oleh bu Bella. "Duduk dulu. Tante mau ngomong sama Reva" Ucapnya lembut

Adel menurut, tatapan hangat dari wanita itu mampu membuatnya sedikit luluh.

"Tante nikah sama papah Reva itu tulus atas dasar cinta. Gak semua harta mampu membeli cinta dan tante juga gak peduli jika papah Reva miskin atau gak punya uang sekalipun, tante bakal tetep ada di sampingnya. Jika Reva cinta sama seseorang pasti kamu bakal ngerti"

Hati Adel sedikit tenang sekarang, entah karena ucapan wanita itu atau karena cuaca yang berubah mendung. Adel tidak bisa mengartikannya.

Adel mengangguk "iya tante" Ucapnya namun masih terlihat dingin. "Tapi kayaknya aku harus pulang dulu, banyak tugas soalnya" Dusta Adel. Itu adalah alibinya supaya bisa pulang saja, Adel tidak nyaman berada di sini. Apalagi tatapan sang papah yang seolah mengintimidasi nya.

"Yaudah kamu pake mobil" Final pak kris sembari mengeluarkan kunci mobilnya yang berada di saku jasnya. Memaksa tidak ada gunanya, lebih baik ia bicarakan ini nanti saja setelah Adel sedikit lebih tenang.

"Gak usah aku nanti pesen ojol aja" Tolaknya lalu melangkah pergi keluar.

Adel mampir ke warung kecil untuk membeli air putih, kerongkongan nya kering padahal ia tidak banyak bicara. Adel menengadah menatap langit malam yang terlihat mendung, ia pastikan sebentar lagi pasti akan turun hujan. Setelah membeli air putih Adel berjalan menulusuri jalan yang sepi, ia tidak memesan ojol untuk pulang. Bahkan untuk pulang pun ia malas, apa sekarang ia harus menerima kehidupan baru papahnya? Pernikahan bundanya saja sangat sulit ia Terima di tambah lagi ia harus menerima kembali pernikahan papahnya. Kenapa cobaan terus menerus berdatangan pada nya.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang