EMPAT PULUH DUA

1.7K 158 11
                                    

Seharusnya, ketika ku tahu kau akan pergi jauh, aku menggenggam erat tanganmu bukan melepaskan mu begitu saja

Adel berjalan menuju ruangan yang di mana Oniel menyuruhnya untuk kesana. Adel mengerutkan keningnya bingung, ruangan siapa disana? Kenapa Oniel dan Ara berada di sana? Bukan kah Ashel tidak dirawat di ruangan itu?

Adel berjalan mendekati Ara dan Oniel yang tengah berdiam diri di depan pintu ruangan. "Ada apa?" Tanya Adel to the point.

"Papah lo Dell" Ucap Ara dengan menepuk bahu Adel.

"Papah? Kenapa?"

"Apa yang terjadi sama papah?" Tanya Adel kepada mereka satu per satu. Namun tak ada satupun yang menggubrisnya.

"JAWAB GUE!! Kenapa lo berdua diem aja" Bentak Adel.

Oniel terisak. "Papah lo kecelakaan Dell"

Tubuh Adel membeku. Badannya terasa lemas, bahkan sekarang ia sudah jatuh ke lantai. "Lo bohong kan sama gue? LO BOHONG KAN?" Adel mendongak menatap Oniel dengan air mata yang mengalir.

Ara berjongkok ia menggeleng pelan. "Bokap lo beneran kecelakaan Dell"

"Papah dimana sekarang?" Adel berdiri ia masuk kedalam kamar ruangan yang ia yakinin papahnya ada di sana.

Benar saja, dia bisa melihat papahnya tergeletak tak berdaya dengan kepala yang di perban dan selang infus yang membantunya bernafas. Adel berjalan gontai mendekat, ia bahkan tidak bisa menyeimbangi jalannya.

"Pah bangun pah! Maafin aku pah maafin aku" Adel terisak dalam pelukan sang papah.

Sekarang dunia nya benar benar kacau. Dua orang yang ia sayangi sedang mengalami kritis. Kenapa cobaan terus datang pada nya?

Oniel mengusap bahu Adel. "Sabar Dell! Ini cobaan buat lo. Gue juga ikut sedih. Kalo elo terus gini papah lo juga bakal ikut sedih" Oniel mengelap air matanya yang sudah membendung di kelopak matanya.

Adel kembali menegakan tubuhnya, hatinya sekarang benar benar sakit. Bahkan sekarang dirinya lupa cara tersenyum.

Ara merangkul Adel. Memberi senyum pada Adel untuk tetap kuat. "Lemah lo jadi orang Jangan nangis, muka lo tambah jelek"

Adel tersenyum kecut. "Kenapa papah bisa kecelakaan? KENAPA?"

"Dell udah Dell! Lo jangan terlalu emosi. Ini depan bokap lo" Tutur Oniel kembali menenangkan.

"Udah mending sekarang lo duduk dulu! Chika sama Kathrin udah jagain Ashel. Lo gak perlu khawatir" Ara membawa Adel untuk duduk di sofa sedangkan Oniel duduk di kursi dekat ranjang pak kris dengan badan yang berbalik mengarah pada dua temannya.

"Lo tahu dari mana bokap kecelakaan?"

"Tadi waktu gue sama Oniel pulang sekolah! Di jalan kita ngeliat orang yang berkerumun gitu. Terus kita samperin! Dan waktu ngeliat mukanya itu bokap lo. Jadi kita langsung ngehubungi ambulans dan di bawa ke rumah sakit yang sama" Jelas Ara

"Mobil bokap lo tabrakan sama mobil yang katanya pengemudi lagi mabuk berat. Kata dokter untung kita datengnya lebih cepat kalo enggak gak tahu deh" Ujar Oniel Yang ikut menjelaskan.

"Untung? Bokap gue kecelakaan dan sekarang gak sadar sadar! Lo bilang beruntung?" Adel berjalan mendekati Oniel, ia menarik kerah baju Oniel kuat.

"Bu-bukan gitu maksud gue"

"Lo ngomong gitu karena lo gak ada di posisi gue" Cecar Adel.

Ara menarik paksa Adel untuk menjauh. Ia menghempas kan tubuh Adel ke sofa. Ara tahu Adel sedang di sulut emosi, tapi ia tidak boleh melawan takdir.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang