TIGA PULUH TIGA

2.7K 266 9
                                    

Biarlah semua berjalan dengan apa adanya, berlalu dengan semestinya, dan berakhir dengan seharusnya.

"Ashel, nak!" Teriak Mama Anin dari dapur.

"Ashel"

Ashel yang sedang tertidur pun merasa terganggu, ia menyembunyikan wajahnya menggunakan selimut.

"ASHELIA!" Suara itu kembali terdengar namun lebih keras dari sebelumnya.

Ashel akan menghiraukannya kembali andai saja pintu kamarnya tidak di ketuk dengan keras. Ashel menyibak selimut nya. Lalu matanya menatap pada seorang wanita baruh baya yang sedang berkacak pinggang tengah menatapnya tajam.

"OOH PANTESAN GAK NYAUT! LAGI TIDUR TERNYATA" Omel Mama Anin lalu berjalan mendekat. "Katanya mau ada acara, jam segini masih tidur"

Ashel meringis. "Hehe. Maklum mah lagi datang bulan kan! Jadi harus di enak enakin tidur"

Mama Anin hanya mendengus sebal. "Adel udah nunggu tuh di bawah"

Bola mata Ashel langsung membulat sempurna lalu pandangannya beralih pada jam dinding. Jam 10.15. Ashel menepuk jidatnya, pantas saja Adel sudah menjemputnya. Ia telat lima belas menit dari waktu janjiannya.

"Yaudah Ashel mau mandi dulu mah!" Ashel langsung mengambil handuknya yang berada di balkon. Sebelum ia memasuki kamar mandi yang berada di kamarnya, ashel menyempatkan diri untuk mengucapkan.

"Bilangin sama Adel. Sabar dikit, pacarnya lagi mandi dulu" Tuturnya sambil tertawa memasuki kamar mandi.

Mama Anin hanya mengusap dadanya. "Dasar anak muda" Gumamnya lalu berjalan menuruni anak tangga.

Di ruang tamu terdapat pak Wijaya dan Adel sedang berkacap di sertai dengan tawa, membuat Mama Anin mengernyit tak mengerti.

"Ngomongin apa sih? Kayanya seru banget" Tanya Mama Anin kepo sembari mendaratkan bokongnya di sofa samping suaminya.

"Ini urasan kita berdua. Mamah gak boleh ikut campur! Pamali" Saran pak Wijaya.

"Hadeuh, papah ini, Adel pikirannya di kotorin mulu" Goda Mama Anin seraya melirik Adel sekilas.

Adel tersenyum malu. Padahal ia sering main ke sini, tapi kenapa kali ini rasanya beda dan jantungnya pun tidak bisa di ajak kompromi.

"Mau jalan sama Ashel ya?" Tanya pak Wijaya menggoda

Adel terkekeh. "Om jangan kepo!, ini urusan anak muda."

"Om mau jalan sama Mama Anin ya?" Tanya Adel balik.

Pak Wijaya tertawa. "Kamu ini. Malah nanya balik"

"Hehehe"

Mama Anin menggelengkan kepala melihat tingkah mereka berdua. Lalu berjalan menuju dapur untuk mencuci piring kotor.

Ashel sedang menatap dirinya di pantulan cermin. Senyumnya terus mengembang tanpa turun sedikitpun dan Adel selalu menjadi alasannya untuk tetap tersenyum. Ashel mengoles bibirnya dengan liptint dan menambahkan sedikit parfum pada tubuhnya.

Ashel berjalan keluar kamar. Yang pertama kali retina matanya tangkap, Adel tengah duduk di sofa dengan mengotak ngatik ponselnya.

Ashel berjalan mendekat secara perlahan berusaha akan mengejutkan cewek itu. Namun saat detik detik ia akan berteriak, Adel sudah mengetahui kehadirannya.

"Apasih?" Tanyanya seraya mendongak menatap Ashel.

Ashel mengerucutkan bibirnya sebal, ia gagal untuk mengejutkan cewek itu.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang