SEMBILAN

3.1K 311 8
                                    

Adel menuruni anak tangga melangkahkan kakinya menuju ruang tengah, disana terlihat Ara yang sedang duduk menonton tv sembari memakan cemilan kesukaan Adel.

"Punya gue!" Adel langsung merebut bungkus cemilan yang tergelak di atas meja depan sofa.

"Pelit lo sama temen sendiri juga" ketus Ara tanpa mengalihkan pandangannya pada kartun kesukaannya.

"Si Oniel mana?" Tanya adel sambil mendudukan tubuhnya di samping ara

"Lo kan tahu dia anak mamah. Nggak mungkin lah di ijinin keluar malam malam" ujar Ara, mengambil ponsel di dalam saku celananya. Kartun yang ia tonton sedang iklan dan ponsel adalah salah satu alasan ia untuk mengalihkan pandangannya.

"Udah gede nontonnya kartun" sindir Adel sembari mengambil remot dan memindahkan chanel tv.

"Kartun gue itu estetik, naruto!" Gumamnya sambil mengukir senyum

"Lo laper nggak? Beli makanan sana!" Titah Adel

"Ogah! Lo beli aja sendiri!"

"Awas lo ikut!" Ancam adel lalu ia beranjak dari duduknya dan langsung pergi keluar.

"Tunggu woy!" Teriak Ara lalu mengejar Adel.

"Lo yang bawa motor! Gue males" titah Adel.

"Lo keluar mau pake celana kolor dell?" Tanya Ara, tak percaya. Bagaimana bisa Adel pergi keluar dengan keadaan dia yang memakai celana pendek di atas lutut dan kaos oblong.

"Emang kenapa? Ada yang salah?" Jelas salah. Ia akan hanya mempermalukan Ara. Pakaian yang sedang di gunakan Ara dan Adel sangat jauh, Ara memakai celana levis dan baju kemeja kotak kotak sedangkan Adel? Sudahlah.

Ara mengembuskan nafasnya pasrah.

"Lo mau cari makan dimana?" Tanya Ara mengalihkan pembicaraan.

"Di depan! Nggak usah naik motor. Jalan kaki aja, gue traktir" Adel langsung pergi meninggalkan Ara begitu saja.

***

"Tega lo. Traktir gue di tempat ginian!" Keluh Ara pada Adel

Bagaimana bisa Adel membawanya makan di pinggir jalan. Ara pikir ia akan di traktir di restoran mewah, makanan yang enak, tidak seperti ini makan nasi goreng di pinggir jalan. Ini adalah hal pertama yang Ara lakukan, makan di pinggir jalan. Ara biasa hidup mewah, dimanja. Dan sekarang Adel akan mengotori perutnya? Bagaimana jika Ara sakit perut akibat makanan yang tidak steril itu? Apalagi ini di pinggir jalan, banyak motor yang berlalu lalang sudah jelas akan ada debu dimana mana.

"Lebay banget lo! Gue sering makan di sini kok! Tenang aja"

"Itu kan lo. Kalau nanti gue mati gimana?" Kesal Ara berlebihan.

"Paling gue tahlilan di rumah lo" gurau Adel sembari terkekeh

"Brengsek lo!" Mata Ara beralih pada lelaki paruh baya yang meletakkan dua porsi nasi goreng dan dua gelas air teh

Ara menatap makanan yang ada di hadapannya dengan bergidik. Apa ia harus memakan ini?

"Kalo elo nggak mau. Nggak usah di makan!" Adel mengambil satu piring dan perlahan memakannya.

Ara menelan ludahnya, tergiur dengan suapan suapan nasgor yang masuk ke mulut Adel. Mau tidak mau tapi mau, akhirnya Ara mengambil satu porsi nasgor dan memakannya pelan, takut jika ia akan keracunan. Ketika sampai di kerongkongan, tidak ada masalah, ini di luar dugaannya rasanya terasa begitu enak.

Adel melirik Ata lalu tersenyum miring. "Katanya takut mati" sindir Adel.

"Itu kan tadi" kata Ara dengan mulut yang penuh dengan nasgor.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang