DUA PULUH DUA

2.8K 288 23
                                    

"Aku pernah sebersih kanvas putih, dan semesta dengan baiknya memberi warna. Namun semesta juga begitu kejam, merubah kanvas berwarna ku menjadi abu abu. Hingga akhirnya kamu datang, sebagai pemberi warna yang baru"

Adel menghentikan motornya di sebuah gang kecil, karena gang tersebut hanya muat satu sepeda motor saja, jika ia berpapasan dengan motor lain sudah di pastikan itu akan membuang buang tenaganya, Alhasil ia menunggunya disini. Selepas mandi tadi Adel langsung mengganti pakaiannya menjadi lebih rapi dan wangi. Adel mengeluarkan ponselnya dari saku jeans kanannya, ia mengetik sesuatu di sana.

Tidak lama setelah ia mengirim pesan tersebut, wanita yang ditunggu tunggu nya akhirnya datang.

Adel melihat wajah sumringah tercetak jelas dari perempuan itu lalu memberikan helm full face satunya lagi.

"Udah?" Tanya Adel, wanita itu mengangguk lalu langsung duduk manis di belakangnya tak lupa dengan tangan yang melingkar indah di perut Adel.

"Yuk" Ajak wanita itu.

Adel langsung menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, ada yang aneh dengan baju wanita itu, bajunya sama seperti baju yang ia pakai nonton kemarin bersamanya. Dress berwarna hitam, namun Adel tidak mempermasalahkannya, memakai baju apapun wanita itu tetap terlihat sangat manis.

Adel memarkirkan motornya di parkiran restauran terkenal di jakarta, ia akan mengajak marsha makan terlebih dahulu sebelum akan mengajaknya nonton karena mereka masih punya waktu satu jam sebelum film yang akan mereka tonton di mulai.

Marsha turun dari motor Adel sembari mengernyitkan dahinya. Pasalnya Adel akan mengajaknya nonton tapi kenapa wanita itu berhenti di sini? Di restauran mahal pula.

Adel yang paham akan raut wajah bingung marsha berucap.

"Gak mungkin kan kita nonton saat perut gue laper?"

Marsha hanya mangut mangut, padahal ia sudah makan tadi dirumah. Tapi dia juga tidak mungkin menolak ajakan Adel.

Marsha tersentak saat Adel menarik tangannya untuk masuk kedalam.

Adel menarik kursi, mempersilahkan marsha untuk duduk dan Adel duduk di hadapan gadis tersebut.

"Lo mau pesen apa?" Tanya Adel tanpa mengalihkan perhatiannya pada buku menu.

"Apa aja"

"Mau di samain? Takutnya selera gue beda sama lo"

"Gue makan apa yang lo makan kok"

Adel terkekeh. "Kalo gue makan temen? Lo juga mau?"

Marsha tertawa renyah. "Enggak lah! Lo pikir gue kanibal"

"Gue mikirnya sih lo bidadari" Tutur Adel santai tapi mampu membuat marsha terdiam jantungnya berdegup kencang jika mendengar pujian atau gombalan keluar dari mulut Adel.

Adel memanggil pelayan lalu memesan makanan dua porsi.

"Gue boleh main ke rumah lo gak?" Tanya Adel saat pelayan sudah pergi

Marsha tersentak. "Mau apa?"

"Gue bosen nunggu lo cuma di depan gang. Kalo langsung ke rumah lo kan bisa ngobrol juga sama nyokap bokap lo"

Marsha mematung, dadanya sakit mendengar ucapan Adel yang terakhir. Bahkan dirinya juga rindu mengobrol dengan kedua orang tuanya, ingin mengcurhatkan segala isi hatinya, namun itu tidak mungkin akan terjadi. Yang maha kuasa lebih sayang sama mereka berdua.

Adel yang menyadari sikap marsha mengelus lembut tangan wanita itu yang berada di atas meja. Marsha yang sedari tadi termenung langsung menoleh.

"Kenapa?" Tanya Adel khawatir, ia melihat mata gadis itu sedikit berair.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang