TIGA PULUH LIMA

2.1K 255 9
                                    

Di awalan cerita
Tak ada perasaan
Diantara kita berdua

Tapi seiring waktu
Takdir kita bertemu
Mengikuti narasi hidup

Dan betapa bahagia
Ku melihatmu senyumanmu
Menemani hari hari ku
Takkan sama tanpamu
Aku ingin terus bersamamu
Bila kau mau ku takkan kemana

Adel menatap Ashel saat lagu terakhir berakhir. Ia menghembuskan nafasnya perlahan, akhirnya ia bisa bernafas lega. Adel melempar senyum ke arah Ashel, namun gadis itu malah memalingkan wajahnya ke papan tulis. Adel harus sangat bersabar untuk menyikapi sikap Ashel saat ini.

"Oke Terima kasih Reva! Untuk Zee silahkan" Ucap bu mega yang sedang duduk di kursi guru dengan tatapan matanya yang menatap ke dua orang siswa yang sedang memperebutkan gelar duet.

Kali ini kusadari
Aku telah jatuh cinta
Dari hati ku terdalam
Sungguh aku cinta padamu

Cintaku bukanlah cinta biasa
Jika kamu yang memiliki
Dan kamu temani ku seumur hidupku

Semua murid langsung bertepuk tangan. Ashel menganga dan jantungnya di buat berdegup kencang. Suara dari keduanya sangat indah, Ashel mengakui suara Adel jauh lebih bagus dari Zee. Senyum manis terbit di bibir Ashel.

Bu mega bangun dari duduknya. "Wah emang gak di ragukan lagi ya suara kalian berdua sangat bagus" Ucap bu mega.

Adel dan Zee hanya membalasnya dengan senyuman.

"Jadi siapa anak-anak yang pantas berduet dengan Ashel?" Tanya bu mega pada murid murid.

"REVA DONG BU UDAH PASTI" Teriak Ara dari belakang.

"BETUL BU UDAH REVA AJA," Celetuk Oniel

Bu mega tersenyum mendengarnya.

Adel tersenyum simpul. "Jadi saya kan bu yang bakal duet?"

"ZEE AJA BU" Teriak siswi di bangku terakhir itu yang di ketahui bernama dena. Memang dena diam diam mengagumi Zee dari jauh. Karena karismatik wajah Zee membuat dena harus mengaguminya secara diam diam karena pasti bakal banyak saingannya.

Zee tersenyum remeh ke arah Adel.

"Keputusan tergantung pada Ashel" Ucap bu mega melirik ke arah Ashel.

Ashel hanya diam seribu bahasa. Ia sangat ingin berduet dengan Adel, tapi melihat sikap cewek yang menyebalkan tadi membuat dirinya harus menimang nimangnya. Apa lagi perkataan Zee tadi yang terus terngiang ngiang di otaknya. Apa jika Zee tidak mengajukan diri, Adel juga tidak akan menerima ajakan duetnya? Apa Adel hanya takut kalah saing dengan Zee?

"Gimana lo? Kenapa diem aja?" Bisik Chika.

Ashel menoleh ke samping. "Gue bingung"

"Kenapa? Lo lagi berantem sama Si Adel?"

Ashel menggeleng. Tiba tiba satu ide terlintas dalam benaknya, ia kali ini yang akan mengerjai cewek itu.

"Gimana Ashel?" Tanya bu mega kala Ashel tidak kunjung menjawab pertanyaan nya.

Adel tersenyum remeh ke arah Zee. Ia yang pasti akan di pilih oleh Ashel, pastinya.

"Kasih saya waktu aja gimana bu? Saya mau pikir pikir dulu mana yang lebih bagus" Sarkas Ashel mampu membuat Adel membulatkan matanya. Hatinya seakan sakit mendengar penuturan gadis itu, seakan ia tidak lebih baik dari Zee. Apa gadis itu masih marah padanya? Tapi kenapa, bukannya ia telah memenuhi keinginan gadis itu untuk nyanyi bersama? Kenapa sekarang Ashel tidak sedikitpun menghargai pengorbanannya.

Pesan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang