Gisha mencintai Marko Seandaru begitu dalam hingga membuatnya terluka karena sebuah kenyataan tentang sang suami. 8 bulan perpisahan itu terjadi, Gisha masih sangat berharap. Namun sebuah surat yang berada dalam amplop cokelat yang tiba di rumahnya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu bulan ini berjalan dengan tenang, tidak ada Andin yang datang menganggu. Perempuan itu seperti hilang ditelan bumi. Ya, dia menghilang semenjak Daru mengusirnya dari apartemen karena meminta menginap.
Saat ini Daru dipaksa Gisha untuk menyusulnya ke FEO setelah pulang kerja. Sebenarnya meskipun tidak disuruh, Daru pasti akan selalu menjemput Gisha untuk pulang.
Kata Gisha ada seorang klien yang mengenal Daru dan ingin bertemu. Siapa kira-kira? Daru tidak memiliki teman atau kenalan yang akan menikah dalam waktu dekat ini.
Sebelum pulang Daru memanggil Damar, ada hal penting yang hendak dia bicarakan dengan laki-laki itu.
"Kamu dengar saya tidak?" tanya Daru dari belakang pada Damar.
" Saya dengar kok Pak," balas Damar singkat sembari melangkah ikut memasuki ruangan Daru.
"Terus tanggapan kamu bagaimana?"
"Entar aja deh Apa, nunggu anak saya besar dikit," sahut Damar.
"Nunggu anak kamu besar udah ketuaan kamu Dan, entar nggak laku."
Damar terkekeh. Bisa-bisa Daru berpikir seperti itu.
"Biarpun sudah tua, saya yakin banyak yang demen," seru Damar dengan nada pede.
Ya, Daru berencana menjodohkan Damar dengan Yuli, seorang karyawan di divisi pemasaran yang hampir menjadi perawan tua. Belum menikah padahal usianya sudah 34 tahun.
"Pede banget ya," cibir Daru.
"Jadi manusia harus pede dan jujur dong pak, kalau enggak ya mana bisa dapet jodoh. Saya nggak biasa gengsian seperti seseorang," sahut Damar.
Daru menatap sang sekretaris.
"Kamu nyindir saya?" tanya Daru dengan nada tajam.
"Mana ada saya nyindir pak, saya kan cuman ngomong aja. Kalau bapak tersinggung ya berarti itu fakta untuk bapak."
Sebelum Daru membalas ucapannya Damar terlebih dahulu melarikan diri.
"Saya pulang lebih awal pak, selamat sore."
Damar memang karyawan tidak tahu diri.
***
"Selamat datang, ada perlu apa Pak?" tanya seorang perempuan muda yang sepertinya adalah seorang pegawai di sana. Sepertinya karwayawan baru, dia bahkan tidak mengenali Daru.
"Saya mau ketemu dengan Bu Gisha, " balas Daru.
"Ah maaf pak, Bu Gisha lagi ada tamu."
"Put, ini pak Daru suaminya ibu Gisha," tegur seorang karyawan yang lain.