ENAM PULUH

7.9K 382 21
                                    

SKAVA: VOTE DULU!

****

"Gue pamit bidadari, cepet sembuh." Zidan mengelus puncuk kepala Sena halus. Setelah pulang sekolah tadi dirinya langsung bergegas menuju kediaman orang tua Skava. niatnya ia ingin menjenguk Sena dan juga membicarakan sesuatu terhadap Skava.

"Jangan ngebut-ngebutan kak bawa motornya, soalnya udah malam."

Zidan mengangguk." Iya, makasih lo udah khawatir sama gue."

Sena hanya terkekeh geli.

"Skav gue cabut!" Skava mengangguk setelah ia berbicara sebentar berdua dengan Zidan tadi. Lelaki itu langsung berpamitan ingin pulang.

"Hmm, hati-hati." bertos ria lalu Zidan menaiki motornya.

Setelah kepergian Zidan, Skava segera membawa Sena untuk menuju kamarnya mengistirahatkannya, Karna tadi sempat bermain cukup lama dengan Zidan.

"Kakak malam ini tidur disini kan?" Tatapan Sena terlihat jika ia tidak mau ditinggal oleh Skava.

Skava Mengangguk. "Gue bakal ada Disamping lo malam ini."

Sena Tersenyum bahagia.

"Ada syaratnya, Sen." Skava mendekati wajah nya lalu berbisik.

"Cium gue dulu,"

Sena menghembuskan nafasnya kasar. "Ciuman mulu dari tadi!"

Skava menghela nafas berat ia mengingat hal tadi siang dirinya meminta izin kepada Sena untuk menciumnya dan membuat tanda-tanda Kemerahan. Tentu Sena menolak Karna ia tahu apa yang dimaksud Skava dengan tanda-tanda itu. Tetapi jika ciuman Sena menerimanya Karna hanya sekedar itu. Dan dengan sialnya bertepatan dengan hal itu Zidan datang mengetuk ngetuk pintu kamarnya.

"Tadi siang kita keganggu sama Zidan, masa lo tega sama gue." kesalnya mengingat kejadian itu.

Sena menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Skava mendorong Sena pelan untuk berbaring dan ia menghapit tubuh Sena dengan kedua tangannya tanpa menyenggol kaki Sena yang masih sedikit sakit.

Jantung Sena bahkan terasa tidak tenang saat tubuh kekar Skava berada diatas tubuhnya.

"Kak, jangan aneh-aneh!"

Skava tersenyum miring. "Aneh-aneh sedikit gak papa Sen." bisiknya.

Cup...

Terdengar kecupan dikamar itu, Skava yang merasa tidak ada penolakan dari Sena ia melumut bibir Sena lama. Sampai akhirnya ia turun kebawah. Dimana terlihat leher mulus milik Sena yang belum ada tanda kemerahan yang ingin ia buat tadi siang.

Skava pun mulai menjalankan aksinya.

Jika ditanya ia ingin hal lebih maka jawabannya benar. Namun, ia harus menahan itu semua Karna tidak ingin kejadian sebelumnya terulang kembali. Dan juga ia tidak ingin egois.

****

Didalam ruangan bernuansa putih Leon sedang membujuk Vera agar makanan yang diberikan dari rumah sakit dimakan sampai habis oleh Vera.

SKAVA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang