SKAVA: VOTE DULU!
****
13: 00 AM
Los Angeles - Amerika serikat𝗔𝗹𝗵𝗮𝗺𝗯𝗮𝗿𝗮 𝗛𝗼𝘀𝗽𝗶𝘁𝗮𝗹 Medical Center -📍
Disalah satu ruangan rumah sakit lelaki yang sudah beberapa hari ini masih memejamkan matanya sedang ditangani oleh beberapa dokter yang berada disitu. Skava, jari-jari lelaki itu sudah mulai bergerak pelan. Suster yang melihat kejadian tadi langsung memanggil Dokter untuk dicek keadaan nya.
Perlahan mata Skava terbuka pelan meski sedikit burem ia masih bisa melihat beberapa dokter yang ada disini.
Matanya melirik kearah beberapa dokter yang berbeda dihadapannya. Namun, Rasa sedikit nyeri di bagian perutnya membuatnya meringis.
"Akh... Gue dimana..." batinnya. Ia dapat mengingat kejadian dimana Elvio menusuknya.
"Bagaimana keadaan anda tuan Skava. Untunglah anda sudah sadar kembali, Saya ikut merasakan senang." ucap Dokter yang sudah dua hari ini menangani keadaan Skava semenjak Skava dipindahkan kerumah sakit yang berada dikota Los Angeles.
Skava mengangguk pelan. "Dimana saya sekarang?" tanyanya Penuh kebingungan.
"Anda sedang berada dirumah sakit tuan. Tuan Bimo membawa anda kerumah sakit ternama di Los Angeles Amerika." jelas sang dokter lelaki itu membuat Skava terkejut.
Meskipun masih sakit dan muka masih terlihat pucatnya Skava berusaha bangun. Apakah ia sudah meninggalkan Sena sendiri di Indonesia?
"Tenananglah tuan. Keadaan anda sudah jauh lebih baik, Saya akan memberitahu Tuan Bimo jika anda sudah sadar."
Skava tidak memperdulikan ucapan sang dokter matanya meneliti setiap sudut ruangan. "Dimana Sena?"
Dokter menggeleng. "Anda selama berada disini hanya sendiri tuan. Tidak ada orang lain."
Terlihat bagaimana kecemasan seorang Skava yang mengkhawatirkan Istrinya yang jauh darinya. Kenapa bisa sampai sejauh ini ia dirawat dirumah sakit? Kenapa tidak di Indonesia saja. Skava sekarang tahu pasti ini semua ulah sang kakeknya, karena sedari tadi dokter hanya menyebutkan nama Bimo.
"Sialan!"
****
Sudah dua hari ini tidak ada kabar dari Skava. Sena dibuat cemas tentang keadaan Skava yang tidak ada kabar disana. Aryo pun sama ia tidak mendapatkan jawaban dari sang Ayah yang berada disana.
Sena yang sekarang berada diatas balkon apartemen karena ingin menyendiri ditemani udara malam hari. Ia menghembuskan nafasnya berat. Rasa rindunya terhadap Skava sudah sangat kronis bisa dibilang.
Sena menatap bulan yang berdekatan dengan bintang. Wajahnya berseri melihat itu. "Kamu apa kabar kak disana? Kamu baik-baik kan disana? semoga secepatnya kita bisa ketemu lagi kak... Aku kangen banget." ucapnya tak sadar. Menatap hampa langit diatasnya yang terlihat indah.
"Gimana caranya aku bisa liat kamu kak? aku kangen pengen peluk kamu. Kakak cepat pulang dong..." lanjutnya. menatap bulan dan bintang yang indah itu dengan penuh rasa Rindunya terhadap Skava.
"Aku kesepian nggak ada kakak, walaupun disini ada banyak orang yang baik sama aku kak. Tapi kalo gak ada kakak pasti Rasanya tetap sepi." Gumamnya lirih.
Tak terasa hari sudah semakin malam. Dan udara pun semakin dingin, Bergumam dan bercerita yang mungkin didengar oleh langit dan bumi saja. Sena berniat pergi kembali ke apartemen nya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKAVA {ON GOING}
Teen FictionMengisahkan sepasang pemuda yang harus menjalani pernikahan sakral, pernikahan yang dibuat bukan berdasarkan cinta ataupun obsesi, melainkan dari sebuah kesalahan yang dilakukan oleh seorang anak lelaki yang menghamili salah satu siswa disekolahnya...