LIMA PULUH DELAPAN

6.6K 440 33
                                    

SKAVA: VOTE DULU!

****

"Brengsek!" umpat Zidan.

Sedangkan Vinsen mengejar Skava ia ingin memberitahu sepupunya yang satunya ini.

Skava duduk di bangku yang berada dipinggir kolam dengan emosi yang ia tahan.

"Lo seharusnya gak kaya gitu sama Sena, skav." Vinsen berdiri dihadapannya Skava memberitahu bahwa sikap Skava tadi sudah kelewat batas.

Skava menatap tajam kearah Vinsen. "Lo gak tau Vin, gue selalu merasa gagal kalo Sena kenapa-kenapa! Gue udah jadi suami yang berkali kali gagal asal lo tau." Desisnya.

Vinsen menghela nafas sebentar ia tidak habis fikir dengan lelaki dihadapannya. "Tapi sikap lo salah Skav!"

"Salah dimana?" tanya skava.

"Lo bentak dia, bikin dia takut. Bahkan lo nunjukin sifat lo yang tempramental." Kata Vinsen.

Skava terkekeh sinis. "Lo suka sama Sena?"

Vinsen mengeraskan rahangnya. Sodara kurang ajar. "Jaga omongan lo! Mulut lo udah keterlaluan."

Skava hanya diam tak menanggapi ia memilih bersender dibangku kayu empuk yang bergantung disitu. Memejamkan matanya.

"Hidup lo penuh penyesalan, bego." Vinsen segera pergi dari hadapan lelaki itu. Dari pada ia harus memuncratkan emosinya.

Beberapa menit kemudian setelah Vinsen pergi dari hadapannya, Zidan pun datang.

"Lo salah skav, lo keterlaluan."

Skava kembali membuka matanya mendapatkan Zidan yang duduk dihadapan nya saat ini. "Iya gue salah."

Zidan menghela nafasnya sebentar. "Sena tipikal orang yang gak mau ngerepotin orang Skav, dia mungkin belum terbiasa."

"Tapi gue suaminya, Zid."

Zidan mengangguk. "Lo tau kan? Sena dari dulu hidupnya mandiri, dia hidup sendiri tanpa orang tua. Bahkan sodaranya nggak Pernah ada yang perduli sama dia. Termasuk gue, dia pasti udah terbiasa ngelakuin hal apapun itu sendiri tanpa menyulitkan orang-orang didekatnya. Ayo lah skav, lo berfikir gak perlu gue jelasin secara panjang juga lo pasti ngerti!"

Skava Terdiam memang yang diomongkan Zidan itu ada benarnya.

"Apa kalo sikap dia terus-menerus kaya gitu gak bikin gue emosi? Gue rela di repotin sama Sena. Gue rela ngelakuin hal apapun Zid."

"Sabar, Sena butuh waktu mungkin. Lo ngomong baik-baik sama dia, jangan pake emosi."

Skava mengangguk.

Zidan bernafas lega. Keduanya terdiam cukup lama. Memikirkan tentang keduanya masing-masing.

"Skav, gue rasa semuanya udah cukup. Gue pengen semaunya segera terbongkar. Siapa gue sebenarnya di hidup Sena." Kata Zidan tiba-tiba.

Skava menatap Zidan dalam. Lelaki itu tanpak terlihat Sendu memandang arah lain.

"Dia bakal kecewa lagi, Zid."

SKAVA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang