ENAM PULUH SATU

7.2K 395 31
                                    

SKAVA: VOTE DULU!

****

Skava mengelus lembut punggung Sena yang berada dipelukannya saat ini. Keadaan Sena baik-baik saja, hanya saja ia masih shok atas kejadian yang menimpanya tadi.

Remon dan Zidan sudah Pergi ia ingin Skava dan Sena berdua terlebih dahulu. Mereka membiarkan Skava menenangkan Sena yang saat itu seperti orang ketakutan.

Dipikiran Skava saat ini tentang siapa yang berani melakukan ini terhadap Istrinya. Mengapa selalu Sena yang selalu merasakan seperti ini.

"Jangan takut, ada gue disini."

"Kakak malam ini tidur disini kan?" Tanya Sena mengalihkan pembicaraan. Karna Skava jarang sekali tidur bersamanya, lelaki itu selalu tidur di apartemen miliknya.

Skava berfikir sebentar lalu mengangguk.

"Jangan bohong... "

"Siapa yang bohong?"

"Kamu," jawab Sena melas.

"Kamu selalu pergi kalo aku udah tidur, kenapa kamu jarang tidur disini?" Tanya Sena.

"Gue udah gak betah disini." jawab Skava asal.

Sena mencubit perut Skava yang tertutup baju. Membuat lelaki itu tersenyum kecil.

"Kamu pasti bohong," hardiknya.

Skava tampak membuang Nafasnya sabar. "Ngapain gue bohong?"

"Kan emang kamu tukang bohong." tuduh Sena asal omong.

"Minta di cium bibirnya, hm?"

"Nggak, siapa bilang?" Sena menjawab berani.

Cup.

Dan kecupan pun Sena dapatkan dari Skava. Lelaki itu tertawa melihat perubahan wajah Sena.

"Kalo mau cium izin dulu dong kak."

"Ngapain izin, kan lo istri gue?"

"Y-ya tapi harus tetap izin lah kak."

"Udah halal gak perlu minta izin, gak dosa kan kalo gue cium lo?"

Sena mendengus sebal dengan Skava yang berada dihadapannya saat ini.

"Terserah lah,"

Sena sebenarnya tidak marah, tetapi ia hanya salah tingkah saja tiba-tiba Skava mencium area bibirnya. Ia ingin senyum tapi malu. Takut Skava meledeknya.

Skava merebahkan tubuhnya di kasur empuknya, dengan tangan yang di silang kebelakang. "Gue punya alasan kenapa gue gak bisa tidur disini sen."

Sena yang mendengarnya penasaran. Apa maksud dari Skava sebenarnya.

"Apa aku boleh tau, alasannya?"

Skava menghembuskan nafasnya berat.
"Banyak kenangan yang gak bisa gue lupain disini, bahkan sampai kapanpun gak bakal bisa buat ngelupain semuanya,"

SKAVA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang