ENAM PULUH TIGA

5.6K 372 72
                                    

SKAVA: VOTE DULU!

****

Skava menarik pelan pergelangan lengan Sena untuk memasuki apartemen nya. Sena merasa bingung karna Skava terlihat terburu-buru untuk mereka sampai, bahkan tadi teman - temannya ingin mengajak mereka ke markas Skava menolak karna ada hal penting yang harus ia selesaikan alasannya.

Begitupun Sena, Zidan berniat akan menjaga Sena jika Skava ada urusan diluar, tetapi Skava menolak keras karna ia takut orang yang belakangan ini meneror nya dari pesan mengintai Sena dari kejauhan, Skava berniat tidak memberitahukan hal ini dulu kepada teman-teman nya. Pasti ada alasan tertentu agar semua tidak kacau.

"Gue mau pergi sebentar, lo jangan pergi pergi keluar kalo lagi nggak ada gue. Oke?"

Sena mengangguk meskipun ia penasaran Skava ingin pergi kemana. Skava sudah mengganti pakaiannya terlebih dahulu, setelah itu ia akan Pergi.

"Kakak mau kemana?" tanya Sena khawatir.

"Gue ada urusan diluar sebentar,"

"Urusan apa kak?" tanya Sena terus melontarkan pertanyaan.

"Urusan penting Sen, diluar bakal ada bodyguard yang ngawasin lo. Jadi lo bakal aman." ucap Skava ia mengecup sebentar kening Istrinya.

"Janji gak lama?" ucap Sena memajukan jari kelingkingnya kehadapan Skava.

Skava terkekeh ia pun menarik jari kelingking kecil Sena untuk menyatu dengan miliknya. "Janji."

Setelah itu Skava keluar, Sena ia terdiam sebentar pikirannya berkelana kemana saja. Merasakan hal yang tidak biasanya ia rasakan.

****

Skava memberhentikan motor besarnya ditempat Sepi. Ia mengambil heandphone nya dan melihat maps yang ia ikuti, ternyata Jalan ini salah. Ia seperti dibuat linglung dengan maps tersebut. Pasalnya ia tidak menemukan rumah, ataupun Gedung didaerah sini.

"Bangsat, apa dia ngerjain gue?" Gumam Skava.

Skava melacak-lacak nomor pengguna yang tadi mengirimi nya pesan pun tidak bisa. Ia merasa kesal dengan itu. Apa ia di jebak?

Terdiam sejenak Skava berfikir sebentar. Ia menghubungi nomor yang ia terima tadi. Berniat menghubungi nya. Namun sebelum itu ada satu motor yang mendorong motor miliknya dengan kakinya membuat Skava sedikit terguncang.

"Anjing! Siapa lo?!" Skava memasukan heandphone nya kembali, memakai helmnya dan menancap gas untuk mengejar orang tersebut.

Motor seseorang itu berwarna hijau pekat, membuat Skava tidak bisa mengenalinya. Biasanya ia tahu siapa saja dari geng motor lain yang memakai motor berwarna. Tetapi hanya ini yang ia tidak tahu.

Dengan kebut kebutan Skava terus mengejar orang tersebut.

"BERHENTI LO!" Skava menendang balik motor milik dari seseorang itu.

"PENGECUT!"

BRUGH

Skava turun dari motornya ia menarik kerah baju seseorang itu dengan tarikan kencang.

"Akhirnya gue bisa nemuin lo lagi."

Deg

Suara yang ia kenali. Suara ini tidak asing diperdengarannya. "El..."

Elvio membuka helmnya yang sedari tadi menutupi wajahnya. Ia tersenyum Smirk melihat wajah Skava yang selalu terbayang, ia benci dengan wajah ini. Wajah seseorang yang ingin sekali ia musnahkan.

"Lo harus mati ditangan gue." kata Elvio.

Skava mendekat kearah Elvio. "Gue nggak akan mati ditangan lo El."

SKAVA {ON GOING}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang