"Satu kesalahpahaman akan semakin kelam jika tak segera dijelaskan,tapi ketepatan waktu akan menjadi penentu sebuah alasan dapat diterima tanpa paksaan"
*
*
*Zafia melangkah memasuki kamarnya melempar asal tas sekolahnya pada meja belajar,gadis itu merebahkan tubuh lelahnya pada peraduan yang didominasi warna Biru,ia menatap kosong langit langit kamarnya yang penuh ornamen Bertema galaxy.
"Ternyata gue emang sebodoh itu buat menyikapi keadaan" monolog Zafia tertawa hambar.
Ia beranjak beralih mengambil kotak berwarna biru dengan ornamen bintang yang tersimpan rapi di laci ketiga meja belajarnya.
Kembali membuka kenangan lama yang kian memudar,gadis itu mengusap lembut foto usang yang tersimpan disana sebelum beralih pada amplop ungu dengan stiker bunga mawar putih yang berisi fakta masalalu.Gadis itu tersenyum kecut
"Udah 3 tahun dan surat ini belum sampai pada pemiliknya,satu fakta yang gak pernah gue sesali meski gue harus disalah pahami"
"Satu kesalahpahaman akan semakin kelam jika tak segera dijelaskan,tapi ketepatan waktu akan menjadi penentu sebuah alasan dapat diterima tanpa paksaan"
Zafia mengusap lelehan air mata yang entah sejak kapan jatuhnya,terlalu lemah mengenang masalalu ia segera menutup kembali kotak penuh memory itu,kembali meletakkan pada tempatnya semula tersimpan rapi dan begitu terawat.
Beralih menatap penuh arti buku diary yang ia letakkan di atas meja belajar,buku hitam dengan sampul galaxy kembali menemani kisah rumpangnya, perlahan goresan tinta kembali mengisi lembaran kertas yang semakin usang, menjadi saksi bisu luka yang tak mampu dijelaskan.
"Shh" pena yang ia genggam sepontan terlepas kala rasa nyeri tiba tiba menyerangnya.
Rasa pening kian menjadi jadi kala cairan merah kental menetes dari hidungnya membasahi keras usang itu. Ia berusaha bangkit menuju kamar mandi,tetapi kakinya seolah tak mampu menahan beban tubuhnya, gadis itu meluruh kelantai dengan raungan sakit yang terendam,ia mencengangkan kuat rambutnya panjangnya berharap dapat mengurangi rasa sakit pada kepalanya. Tetapi usaha itu tampak sia sia rasa sakitnya tak pernah berkurang hingga perlahan kegelapan merenggut kesadarannya.
***
"Kak Leo?kok kita kesini bukannya langsung pulang?" Tanya Laura pada Leo yang berhenti disalah satu restoran mewah.
"Abis ini kita langsung pulang,tapi sebelum itu gue mau ngomong sesuatu dulu yang penting" ucap Leo lembut sembari mengusap puncak rambut gadis itu.
"Kak Leo mau ngomong apa?" Tanya Laura kala mereka sudah duduk disalah satu meja.Ia penasaran hal penting apa yang ingin Leo katakan padanya.
"Pesen makan dulu aja" ujar Leo kemudian memanggil salah satu waiters.
Setelah sang waiters mencatat pesanan mereka waiters itu pun pergi.
"Jadi..?" Laura sengaja menggantungkan ucapannya
Leo terdiam beberapa saat,ia tampak menghela napas sejenak "Laura,aku emang bukan cowok yang pandai merangkai kata kata puitis,aku juga bukan tipe cowok romantis,aku mungkin terlihat cuek meskipun sebenarnya aku peduli karena aku tidak tahu bagaimana cara mengekspresikannya"
"Kak Leo, sebenarnya mau ngomong apa sih aku gak ngerti, kenapa juga tiba tiba ngomongnya Aku-kamu?" Laura mengernyitkan dahinya menatap heran Leo yang nampak gugup?
"kenapa gue jadi gugup gini sih.ayo Leo lo pasti bisa" semangatnya dalam hati
"Laura sebenarnya aku.."
"Aku apa kak?" tanya Laura yang sudah sangat penasaran karena Leo tak kunjung melanjutkan ucapannya.
"Sebenarnya aku sk-"
"Permisi, pesanannya mbak mas" ucapan Leo terpotong kala seseorang waiters datang membawa nampan berisi pesanan mereka.Leo menggeram tertahan merutuki waiters yang datang tidak tepat pada waktunya itu.
"Ah iya, terimakasih mbak" ucap Laura tersenyum ramah yang dibalas serupa oleh waiters tersebut.Sementara kini wajah Leo sudah berubah masam.
"Jadi kakak tadi mau ngomong apa?"tanya Laura yang masih penasaran.
"Lain kali aja, sekarang kita makan aja" ucap Leo yang moodnya sudah hancur.
Melihat perubahan raut wajah Leo, Laura hanya mengangguk singkat dan mulai memakan makanannya dalam diam.
"Udah selesai makannya?" Tanya Leo kala Laura meletakkan sendok dengan terbalik tanda selesai makan.
"Udah kak"
"Yah udah,gue anter lo balik" ucap Leo beranjak dari tempat duduk lelaki itu meletakkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu di atas meja.
Meninggalkan pekarangan restoran,lelaki itu melajukan motornya menuju rumah Laura.
***
Hembusan angin dingin menerpa melalui pintu balkon yang tak tertutup, menjadikan suhu ruangan terasa lebih rendah, ditengah kegelapan gemintang dan rembulan yang tampak bersinar terang diluar menjadikan ruangan itu temaram.
Lenguhan kecil terucap dari bibir pucat seorang gadis yang terbaring lemah dilantai,sisa sisa bercak darah yang telah mengering nampak berbekas disekitarnya, gadis itu memegangi kepalanya yang berdenyut sakit.
Ia memperbaiki posisinya menjadi duduk, keadaan temaram disekitar gadis itu membuatnya perlahan bangkit menyalakan sakelar.kala tak mendapati sorot mentari gadis itu mendongak menatap jam dinding yang terpasang di kamarnya. Pukul 20.30.Hampir 4 jam ia pingsan.
Zafia menghela nafasnya berat gadis itu perlahan bangkit,menutup pintu balkon ia melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi guna membersihkan diri.
20 menit berlalu Zafia beranjak keluar kamar, gadis itu mengedarkan pandangannya kala tak menemukan Bi Dijah dilantai bawah, suasana rumah juga nampak lebih sepi.
"Mang" panggilnya pada mang Udin
"Iya non,kenapa?" Tanya mang Udin
"Bi Dijah kemana mang?"
"Oh Bi Dijah teh pulang kampung dari tadi pagi setelah Non berangkat ke sekolah emang Non gak tau?"
Zafia menggelengkan kepalanya "kalo Bang twins?" Tanya Zafia sekali lagi
"Den Fano sama Den Fino teh tadi abis pulang sekolah langsung pergi lagi gak tau kemana" ujar mang Udin menjelaskan.
Zafia menghela nafasnya pelan "yah udah mang, makasih" ucap Zafia tersenyum tipis diangguki mang Udin.
pantesan rumah begitu sepi dan tak ada yang datang ke kamarnya kala ia pingsan ternyata Bi Dijah pulang kampung gadis itu terkekeh miris disaat seperti inilah keadaan yang paling ia benci, rumah megah itu terasa lebih hampa, Keadaan yang sama yang menjadi awal kehancuran hari hari indahnya dulu.
Gadis itu kembali kedalam kamarnya mendudukkan dirinya pada peraduan,Tanpa berniat mengisi perutnya yang kosong sejak tadi siang,gadis itu kembali pada peraduannya, dengan buku hitam yang ia letakkan di pangkuannya kembali menggoreskan tinta pena pada kertas putih yang kian melusuh bait demi bait mewakili rasa kelam yang tak mampu ia ucapkan, linangan air mata kembali meluruh membasahi pipinya
Dear Diary
Kelam dan sunyi kembali datang bersama langit malam..
Meski bulan bersinar terang ditengah kegelapan..
Pancaran binarnya tak mampu menerangi lakuna kegelapan yang kupijaki..
Kehampaan kembali datang menggerayangi tubuh yang kian ringkih tanpa penopang..
Dekapan sunyi begitu terasa nyata dalam raga yang perlahan kehilangan kekuatannya..
Merengkuhku dalam diam untuk menikmati kekosongan hati yang tak pernah terisi.Zafia Queen'Nara
Jangan lupa tinggalkan jejak...
Next chapter(๑¯◡¯๑)☞
KAMU SEDANG MEMBACA
Q'N Zafia [Problem Twins]
Teen Fiction¹² November ²⁰²¹. "Jika kematian yang kalian harapkan semoga Tuhan mengabulkan" Dia tenggelam terlalu dalam dilubang luka yang mereka ciptakan. Dia tidak buta tidak juga tuli hanya saja dia terlalu naif bersikap seolah baik baik saja disaat torehan...