41#Awal Kehancuran

1.1K 74 16
                                        

Pembaca yang baik adalah mereka
yang tau caranya menghargai karya orang lain.

Happy reading<3

Setelah mengantar Masha pulang, Julian memutuskan untuk mendatangi markas guna membereskan masalah yang semakin kacau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengantar Masha pulang, Julian memutuskan untuk mendatangi markas guna membereskan masalah yang semakin kacau. Julian juga harus menyakinkan anak-anak Xavior gang agar mereka tak salah paham atas hilangnya Julian semalam.

Resah semakin membumbung tinggi di atas kepala. Ia belum sempat pulang ke rumah sampai sekarang dan terus dicecar habis oleh Juna. Abangnya itu tak berhenti menanyai kabarnya yang Julian balas singkat dengan kalimat, 'Gue baik-baik aja Junet'

Sekarang ia sudah memarkirkan motornya tepat di depan markas besar. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore dan mereka semua sudah pulang sekolah. Julian memasuki bangunan besar itu yang disambut dengan keheningan. Tapi bukan itu yang menjadi masalahnya, melainkan wajah-wajah tampan para anggotanya dipenuhi dengan banyak luka.

"Gentong aer, lo kenapa bisa pada bonyok gini?" tanya Julian

Gentala terdiam.

Julian kebingungan karena tidak ada yang membalas pertanyaannya untuk Gentala. Beralih ia bertanya pada Arsenal yang juga mengalami hal serupa. "Nal, pipi lo juga lebam. Lo ditonjok siapa?"

Tapi Arsenal malah bangkit meninggalkannya.

"Ner, gue bagi rokok," ujar Arsenal mengalihkan pandangannya pada Rainer.

Lelah, Julian menghembuskan napas gusar. Sungguh, ia tidak suka diabaikan. "Lo pada nggak mau ngasih tau gue keadaan terakhir di klub semalam?" Matanya menatap para anggota inti satu persatu. Mulai dari Abrisam yang sejak tadi terdiam tak berkutik padahal sebelumnya lelaki kalem itu adalah yang paling nurut. Lalu pada Gama yang masih setia menunduk.

"Ngapain gue ngasih tau lo sedangkan lo aja lagi sibuk bikin bayi," celetuk Arsenal tiba-tiba.

"Anjing, maksud lo apaan?" Sungguh, dalam keadaan seperti ini, Julian tetap lelaki yang punya emosi. Ia bahkan berdiri dengan napas tak lagi beraturan. Tangannya terkepal hingga buku-buku jarinya memutih.

Julian bahkan berani menarik kerah seragam belakang Arsenal hingga lelaki itu hampir terjungal. Memangnya apa yang harus ia takutkan? Julian masih menjadi ketua Xavior gang sampai sekarang. Dan perkataan Arsenal sungguh menarik luka yang sempat ia tunda rasa sakitnya. Semua anggota inti berdiri. Menghadang Arsenal dari amukan Julian yang akan meledak sebentar lagi.

Abrisam yang tak menyukai ucapan tak senonoh dari Arsenal menengahi. "Lo kalau ngomong dijaga. Keluar lo sekarang juga."

"Arsenal, udah, Nal," ujar Rainer ikut meredakan kekacauan yang ada.

Setelah itu, Arsenal didorong keluar oleh Abrisam dan berhasil di pisahkan oleh Julian. Beberapa detik selanjutnya, mereka sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh ketua mereka. Ya, Julian terduduk lesu seraya mengusap wajahnya dengan ketua tangan. Tampak menyesali sedikit tindakan kasarnya terhadap Arsenal.

LIMERENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang