KISRUH REMI

164 23 0
                                    

Sebuah kartu bergambar badut mengakhiri satu putaran permainan remi. Tawa Wangsit terdengar setelah meletakkan kartu di hadapan ketiga lawan mainnya.

Dengan cepat Wangsit meraup uang taruhan di antara kedua wajah kecewa.

Satu lelaki lain yang menggunakan baju hitam dengan tudung kain di kepala membanting uang taruhan untuk putaran berikutnya.

Tujuh putaran sejak kartu awal kali dikocok Wangsit dan selalu uang itu terkumpul dalam tumpuk di sisinya.

"Kene, Nyik. Joki meneh gelasku!" (Sini, Nyik. Tambah lagi isi gelasku!). Lelaki di sebelah kanan Inyik meminta sebuah kendi yang berisi fermentasi nira mayang.

Air keruh beraroma menyengat seketika menyeruak di antara mata-mata yang mulai berwarna merah saat gemercik bunyinya memenuhi gelas.

Lampu yang kokoh menyala tak bergeming surut ketika angin dingin menerobos masuk dari celah-celah geribik.

Terlihat mahir, Wangsit mengocok kartu yang ada di tangannya. Kartu baru yang dibeli Inyik kala itu, syarat bagi Wangsit untuk memulai perjudian. Dia akan jelas menolak bila kartu dibawa oleh penantangnya. Entah itu sebuah kepercayaan atau dia takut dicurangi.

Wangsit beringsut dengan satu kaki jegang. Sesekali dia mengusap kumis tebalnya saat membagi tujuh kartu dalam posisi tertutup, membaginya dengan satu tangan melalui bagian bawah. Bukan sisi atas seperti yang kerap dilakukan Inyik.

Matanya nanar dalam temaram lampu, tetapi dia bisa jelas membaca deretan tujuh kartu, kartu yang tersusun membentuk sebuah kipas.

Senyumnya mengembang setelah menggeser satu kartu yang sengaja dia sembunyikan dari kartu paling ujung.

Dua puluh empat kartu beserta dua kartu bergambar badut tertumpuk dengan posisi terbalik, berwarna merah.

Wajah-wajah berpikir selanjutnya yang terlihat serta deru napas khawatir tatkala deret kartu di tangan tak menunjukkan angka yang diharapkan.

Inyik tampak memberi isyarat. Dia membuka lebar deret kartu pada bagian belakang.

Wangsit melirik kedua lelaki di sisinya. Sepintas dia melihat kartu milik Inyik, mengangguk pelan nyaris tak terlihat. Sepertinya dia berhasil melihat sebuah tanda di bagian belakang kartu Inyik.

Satu lelaki di sebelah kanan mengambil perlahan, setengah menekuk dengan tetap menahan di atas tumpukan.

Dia melirik ke arah Wangsit dan Wangsit pura-pura tak melihatnya, meski dia tahu.

Satu kartu terbuka. "Ra ng'giadek!" (Tak beres!), umpat lelaki yang mengambil selembar dari tumpukan tadi dengan membanting tujuh keriting.

Kesempatan bagi Inyik untuk mengambilnya dan menukar satu kartu. Dia melewati kesempatan untuk menarik satu kartu di tumpukan.

Asap rokok yang memenuhi ruangan itu cukup sebagai pengganti obat nyamuk bakar. Permainan terus berlanjut. Mereka terus bergiliran mengambil atau melewati kesempatan untuk menukar kartu.

****

Kawruh. (Pengetahuan).

Kartu-kartu yang terasa nyaman dipegang terus dimainkan. Kartu yang berjumlah lima puluh dua. Lima dan dua, bila ditambah akan menunjukkan jumlah hari dalam seminggu atau sebuah jumlah hari dalam setahun bila semua jenis kartu dijumlahkan.

Sembilan puluh satu total jumlah dari jenis satu kartu, ditambah Jack, Queen serta King, dikalikan empat jenis berbeda, hati, wajik, keriting, dan sekop, maka berjumlah tiga ratus enam puluh lima.

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang