NASIHAT PAK UKIRAN

152 18 1
                                    

"Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini, Nduk?"

"Tidak tahu, Mbok. Untuk kembali ke rumah itu aku masih takut, Mbok."

"Iya, benar. Sebaiknya kamu tak lagi tinggal di rumah itu tanpa suamimu. Hanya akan mempermudah Pak Porno untuk melampiaskan nafsu bejatnya, Nduk."

"Aku hanya kasihan dengan Jatayu, Pak. Dia akan selalu menderita bila terus ada di sampingku."

"Maksudmu, Nduk?"

"Aku akan mencari Kang wangsit dan minta cerai."

Mbok Tum hanya tertunduk mendengarnya, sementara Pak Ukiran sedikit tercengang oleh keputusan Katirah.

"Apa keputusanmu sudah bulat, Nduk?"

"Aku sendiri tak tahu, Pak, tetapi aku yakin akan keputusan ini," jawab Katirah.

"Nduk, Islam adalah agama yang senantiasa menganjurkan umatnya untuk membina hubungan suami istri yang baik dan menimbulkan rasa kasih sayang di antara pasangan."

"Siapa pun menginginkan rumah tangga berjalan dengan baik tanpa masalah berarti. Bukan maksud bapak ingin menggurui. Paling tidak, kamu pikirkan nasib Jatayu, Nduk."

"Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untuk suami istri-istri dari jenismu sendiri supaya cenderung merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. Aku tahu itu, Pak."

"Semua pasangan yang menikah selalu memiliki rumah tangga yang bahagia. Terkadang masalah-masalah muncul dan mengakibatkan retaknya hubungan di antara suami istri hingga berakhir dengan perceraian. Aku juga tahu itu, tetapi semua yang telah terjadi sulit untuk aku pertahankan lagi, Mbok, Pak."

"Aku hanya minta pendapat, Pak. Jika suami bisa menceraikan, bagaimana dengan hukum istri meminta cerai?" tanya Katirah

"Apa kamu sudah berpikir akan dampaknya terhadap Jatayu, Nduk?" Mbok Tum mencoba meredam panas pikiran Katirah yang terlintas untuk bercerai.

"Bapak bukannya menyetujui kehendak hatimu untuk bercerai. Perceraian salah satu perbuatan yang tak disukai oleh Allah, Nduk."

"Akan tetapi, Pak. Semua akan terus begini bila aku mencoba untuk terus bertahan."

"Yang sabar ya, Nduk. Semua hanya ujian datangnya dari Allah. Tugas kita hanya menjalani dengan ikhlas. Tak ada ujian yang datang di luar batas kemampuan kita. Sangat disayangkan bila kamu harus minta cerai, Nduk. Apa tidak bisa dipertimbangkan lagi?" Kini Mbok Tum.

"Aku tak sanggup, Mbok. Tak sanggup." Mata Katirah kembali basah.

"Bagaimana ini, Pak?" Mbok Tum ikut bimbang.

"Mau bagaimana lagi. Keputusan ada pada Tirah, Bu."

"Suami yang tak mampu memenuhi hak seorang istri, suami yang pergi lama dan tak kembali hingga gugur kewajibannya atas menafkahi istri. Apa semua itu sudah terpenuhi, Nduk?"

"Mungkin sekarang suamimu sedang berusaha untuk menebusmu? Membeli kembali rumah yang sudah dijualnya itu." Pak Ukiran terlihat serius menanggapi niat Katirah.

"Lantas? Apalagi yang akan dia jual, Pak? Jatayu?"

"Astagfirullah, Nduk! Perceraian bukan jalan satu-satunya untuk menyelesaikan semua masalah yang sedang kamu hadapi. Doakan dia baik-baik saja dan semua cobaan ini bisa dilewati. Bapak mengerti, sangat mengerti apa yang kamu rasakan kini, tetapi cerai, bapak kurang sependapat, Nduk."

"Iya, Nduk. Kami sungguh ikut prihatin dengan semua yang menimpamu. Kesabaranmu sedang diuji, Nduk. Coba pertimbangkan kembali niatmu itu." Mbok Tum yang sependapat dengan suaminya ikut unjuk suara.

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang