LUAPAN KEMARAHAN KATIRAH

205 22 23
                                    

Langit tampak gelap di sebelah timur. 

Mendung bergulung pekat. Hujan mungkin sebentar lagi turun.

Pak Porno terlihat keluar dari rumah dengan memasukkan kancing baju. Senyumnya mengembang puas dengan sedikit melirik pintu yang tertutup rapat.

Jatayu berlari di ujung halaman dengan menggenggam permen. Sejenak dia berhenti saat Pak Porno mencoba menghalangi langkahnya.

"Dari mana kamu, Le?"

Jatayu seketika tertunduk.

"Loh, kok diam." Buru-buru Pak Porno merogoh saku baju.

"Ini ... ini uang untukmu. Ayo, ambil!"

Jatayu menggeleng.

"Tidak usah takut. Pakde ini temannya bapakmu."

"Bapak?"

"Iya, teman bapakmu," jawab Pak Porno.

"Kamu tahu tidak? Pakde ini sering bertemu dengan bapakmu. Dia bahkan menitipkan sesuatu untukmu."

"Sungguh?" Jatayu mengusap mata. Ada yang nyaris jatuh di sudutnya.

"Ini. Ayo,  ambil! Kamu bisa beli es dengan teman-temanmu."

Jatayu menerima selembar uang yang diberikan lalu mendongak seakan masih menunggu kabar baik perihal bapaknya.

"Oh, iya. Pakde sampai lupa. Bapakmu menitipkan sesuatu untukmu. Sebentar." Kembali memasukkan tangan ke saku celana.

"Nah, ini ... ini yang bapakmu titipkan untukmu, Le."

Jatayu berkernyit. Dia belum pernah memegang benda itu.

"Ini isinya kartu gambar. Kamu pasti akan suka. Ayo, ambil!"

Jatayu menggeleng.

"Loh? Kartu ini bisa dimainkan bersama teman-temanmu. Begitu pesan bapakmu."

"Kamu mau pesan apa dengan bapakmu, he? Nanti Pakde sampaikan," sambungnya.

Jatayu menggeleng lagi.

"Ambil."

Awalnya sedikit ragu, tetapi Jatayu akhirnya menerima kartu yang dititipkan bapaknya lewat Pak Porno.

"Pakde langsung pulang ya, Le. Pakde akan sampaikan kalau kartu itu sudah kamu terima."

"Terima kasih, Pakde."

"Ya, sudah. Sana masuk."

Jatayu berlari menuju pintu seraya berteriak girang. "Mak, Mamak! Bapak membelikan Tayu ini, Mak!"

Pintu Jatayu tutup dengan keras.

Brak!

Kegembiraan membungkus harap akan bapaknya yang ternyata tak lupa kepada dirinya.

Sementara itu di halaman, Pak Porno mengembangkan senyum sinis seraya mengusap kumis. "Anak tolol! Ha ha ha." Berlalu dengan membayangkan benda yang kerap dia bawa saat melawan beberapa penantangnya termasuk Wangsit.

****

Jatayu hanya berdiri di ambang pintu yang masih tertutup gorden.

"Mak?"

"Mamak, kenapa?"

Katirah terus menangis sesenggukan di atas tempat tidur seraya menutupi separuh bagian tubuhnya yang nyaris telanjang, menyembunyikan wajah dalam lipat tangan di atas lutut.

"Mamak, sakit?" Jatayu melangkah menuju sisi tempat tidur.

"Mak?"

"Hu hu hu." Katirah masih tersedu dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Pak Porno.

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang