KALAH

168 21 1
                                    

"Ceki!" seru Pak Porno lagi.

Wangsit hanya bisa menggaruk kepala. Separuh uang yang dia bawa tadi sudah berada di depan kaki bersila tiga musuh mainnya.

Pak Porno yang sering menang terlihat lebih banyak mengumpulkan uang.

Satu kedipan mata tak disadari Wangsit saat Pak Porno menunjukkan kartu yang seharusnya jangan dibuang.

Dengan menutup wajah menggunakan lembar kartu, lelaki botak itu menunjukkan satu kartu yang akan diminta Pak Porno.

Satu kartu pesanan sudah ditangkap maksudnya dan lelaki botak menghitung kartu apa yang ada di tumpukan paling atas.

Deretan kartu terbuka, adalah cerminan untuk mereka saling hitung dan saling jegal, mengukur jumlah, serta mengetahui kartu dari tangan musuh.

Wangsit menarik ujung keretek dari mulutnya lalu mengubah posisi duduk dengan jegang. Satu buangan kartu ternyata tak menarik Pak Porno untuk mengambilnya. Justru Pak Porno terlihat mengambil satu kartu di tumpukan tertutup.

Wangsit menatapnya dengan tegang, berharap Pak Porno kembali membanting kartu dengan terbuka dan menyambung napas untuk mengembalikan uang taruhan kembali ke saku celananya.

Wangsit kembali menggeleng-geleng. Tak ada umpan yang bagus. Bahkan Pak Porno sepertinya tahu kartu apa yang dibutuhkan Wangsit dan buangan Pak Porno justru membuat susunan kartu Wangsit berantakan.

Wangsit mengambil selembar di tumpukan, berharap mendapat kartu bagus, dan lagi-lagi raut wajahnya berubah kecewa.

"Ceki!" Kini lelaki kurus di sisi kanannya setelah mengambil kartu buangan Wangsit.

"Ciloko!" (Celaka!), batin Wangsit setelah mengetahui bukan hanya Pak Porno, tetapi satu musuhnya sudah ceki pula.

"Nutup." (Selesai). Pak Porno dengan membuka kartu. Deretan kartu dengan susunan bagus mengakhiri putaran ini dan memaksa Wangsit untuk terus mengeluarkan lembaran uang.

****

Malam sudah melewati batas puncak.

Mata-mata yang akan selalu terjaga oleh kartu juga oleh harapan untuk menang seakan tak kenal kantuk meski Wangsit sudah terlihat menguap berkali-kali.

Pulang baginya tak mungkin. Kini hanya menyisakan uang yang ada di saku celana dan berharap masih bisa untuk membayar karung-karung yang datang dengan diantar sepeda. Pantang baginya pulang bila tak benar-benar kandas sampai tak ada lagi uang yang bisa digunakan untuk taruhan.

Tawa Pak Porno menggambarkan bahwa malam ini dia menang banyak meski permainan masih berlangsung.

Tanpa kesulitan, Pak Porno berhasil mengakhiri dengan ceki terlebih dahulu.

"Ceki lagi. He he he."

Angin berembus dingin, membekukan harapan Wangsit. Kekalahan demi kekalahan setiap putaran semakin membuatnya penasaran. Berharap di sisa malam dia akan menarik kembali uang modal usaha yang nyaris habis.

"Ceki!" Satu suara terdengar.

Wangsit membanting keretek menyala dengan panjang separuh batang. Wajahnya benar-benar kesal. Nyaris semalaman dan tak sekali pun dia menarik uang taruhan.

Kekesalan Wangsit berbanding terbalik dengan senyum-senyum mereka. Aroma kemenangan tercium dari asap-asap rokok yang memenuhi ruangan itu. Kemenangan yang sudah terencana dan bukan hal kebetulan.

Hal yang juga pernah Wangsit lakukan dengan menugaskan Inyik untuk menjegal semua musuhnya serta membantu Wangsit untuk mengumpan kartu yang berakhir dengan kemenangan Wangsit.

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang