BADAI DATANG

176 20 0
                                    

Beberapa hari berselang.

Uek!

Uek!

Katirah terus memegangi perutnya. Kepalanya mendadak pusing, perutnya bak diaduk, meronta memaksa mengeluarkan isinya, tetapi hanya mual yang teramat tanpa ada yang keluar dari tenggorokan.

Jatayu melihatnya dengan terus berpegangan sisi gawang pintu. Wajahnya terlihat penuh tanya.

"Mak!" panggilnya tanpa tahu harus berbuat apa.

Katirah sejenak mengatur napas lalu membalikkan badan menatap Jatayu. Sedikit matanya terpejam saat mual itu kembali melanda, sesaat saja.

"Mamak, kenapa?" Jatayu bingung saat Katirah tak menjawab.

Dengan terus menutup mulut, Katirah menuju meja. Terlihat sedikit lega setelah meminum air setengah gelas.

"Tidak, Le. Mamak tidak apa-apa." Katirah terengah-engah dengan terus memegangi kepala.

"Mamak, sakit?" Wajah Jatayu murung, berdiri menjauh dari Katirah.

"Mamak sudah lebih baik. Sini." Katirah mencoba tersenyum meski nyeri itu masih mendera.

Jatayu mengambur ke dalam pangkuan Katirah. Rona bahagia belum tersirat, wajahnya bertambah sedih.

"Kenapa bapak belum pulang, Mak. Jatayu takut kalau Mamak sakit."

"Loh kok takut? Mamak sudah tidak apa-apa."

Katirah tersenyum. Dengan lembut. Dia terus membelai rambut Jatayu. "Mamak hanya masuk angin. Tayu berdoa semoga bapak pulang hari dan andainya tidak, tugas Tayu harus tetap mendoakan bapak."

"Kapan?"

"Nanti kalau urusan bapak sudah selesai, bapak pasti pulang."

"Bapak pulang nanti bawa sepeda Tayu ya, Mak?"

"Insya Allah. Kita doakan saja ya, Le."

"Kulonuwun!" (Permisi!). Suara dari depan pintu.

Jatayu hanya memandang Katirah, lalu berlari menuju pintu depan.

"Bapak."

Pintu Jatayu buka.

Krek.

Jatayu berdiri terdiam saat sosok Pak Porno berdiri seraya tersenyum ke arahnya.

Katirah melangkah mendekati Jatayu. "Ada perlu apa."

"Ha ha ha. Jangan berpikir buruk atas kedatanganku. Kebetulan aku hanya lewat saja."

"Ini. Ambillah, Cah Bagus," imbuh Pak Porno.

Jatayu menggeleng sambil memperhatikan bungkusan plastik hitam di tangan Pak Porno.

"Ini. Pakde Porno belikan untukmu. Ayo, ambil! Tidak baik menolak rezeki."

Jatayu sekali mendongak. Katirah hanya sekali mengangguk.

"Nah, begitu. Nanti Pakde akan sering datang sambil membawakan oleh-oleh untukmu." Tanpa dipersilakan, Pak Porno masuk lalu memberikan bungkusan kepada Jatayu.

"Begitulah risiko kalau jadi istri pengumpul arang. Beberapa malam kamu harus tidur sendirian. Ha ha ha. Kedinginan," ucap Pak Porno memberitahukan risiko itu.

Katirah hanya berdiri diam. Dia tak mau menanggapi ucapan Pak Porno.

"Tanah, rumah, usaha, semua tak lepas dari bantuanku. Kami berteman sudah sangat lama sejak Wangsit keliling menjadi penjual roti gabus." Pak Porno kembali membuka cerita, menyibak sedikit budi yang dia tanam.

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang