AKHIR CERITA

191 20 5
                                    

Rumah Sakit Mardi Waluyo.

Tampak Gibran mondar-mandir di hadapan Yulia. Tangannya saling remas, menggambarkan betapa khawatirnya ia terhadap Katirah yang kini sedang ada di dalam ruangan ICU.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Yul?"

Yulia tak menjawab. Dia masih terlihat tertunduk dengan memeluk Jatayu.

"Aku bahkan tak pernah mendengar kalau Katirah mempunyai riwayat sakit dalam," tambahnya.

"Aku sangat berterima kasih sekali atas bantuanmu, Mas. Kalau tidak ...."

"Katakan. Katakan padaku apa yang sesungguhnya terjadi, Yul."

Gibran mengambil tempat di samping Yulia. "Yul?"

Yulia menggeleng. "Aku tak tahu apa yang sesungguhnya terjadi, Mas. Aku hanya melihat dia beberapa kali terbatuk-batuk hingga akhirnya terkulai lemas, Mas."

"Dia tak bercerita tentang apa yang sedang dialami?"

Yulia menggeleng lagi.

"Dia baru saja datang dan mengabarkan kalau keluarga kecilnya bahagia." Seolah dijadikan sindiran bagi Yulia kepada Gibran.

"Mak ... maksudku." Gibran terlihat gugup.

"Hanya itu yang dia ceritakan. Juga niatnya untuk ziarah ke kuburan Almarhumah Mbah Dilah," sambung Yulia.

"Aku bertemu di Surau itu ...."

"Mak." Jatayu tampak menggeliat dan mencoba bangkit dari pangkuan.

"Tayu, mau ke mana? Di sini saja, ya?"

"Mamak Tayu di mana?"

"Mamak sedang ada di dalam untuk bertemu dokter," jawab Yulia.

Tampak satu lelaki melintas dan berhenti di hadapan mereka.

"Tayu, bukankah kamu Jatayu?" ucapnya memandang heran kepada Yulia dan Gibran.

"Bapak siapa?" tanya Yulia.

"Aku Maksum, teman Kang Wangsit bapaknya Jatayu." Ternyata adalah Maksum yang juga ada di rumah sakit ini.

"Apa yang terjadi? Di mana bapaknya?"

"Kami juga tak tahu, Pak. Kami datang dengan Katirah," jawab Yulia.

"Tirah? Adiknya Inyik, 'kan?" Maksum berdiri heran.

 "Memangnya ada apa. Apa yang terjadi dengan Tirah, ha?"

"Tidak ada apa-apa, Pak Maksum. Hanya ...."

"Maaf. Siapa perwakilan dari keluarga pasien yang bernama Katirah?" tanya perawat yang mendadak muncul di ambang pintu.

"Saya, Suster." Gibran beranjak.

"Silakan ikut kami, Pak."

"Baik, Sus." Gibran langsung mengikuti suster muda itu.

Baik Yulia dan Maksum hanya bisa saling pandang heran setelah Gibran masuk.

"Silakan, Pak." Yulia beringsut untuk memberi tempat kepada Maksum.

"Aku sungguh tak sengaja bertemu dengan kalian, terlebih Jatayu." Maksum duduk seraya meletakkan plastik kecil yang berisi obat-obatan.

"Sungguh kamu tak tahu keberadaan Kang Wangsit?"

"Saya sungguh tak tahu, Pak. Katirah datang ke rumah tanpa suaminya," jawab Yulia.

"Jatayu tahu di mana bapak, Le?"

Jatayu menggeleng lalu menjawab, "Tayu diajak mamak untuk menyusul bapak."

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang