EPILOG

427 23 14
                                    

27 Syakban 1985

"Di saat Allah mengangkat gunung di atas kepala Bani Israil agar menerima kekuatan dari Allah. Tertulis di An Nisa, juga saat Allah menuliskan perkara kekuatan jodoh pernikahan."

"Jodoh itu sudah tertulis di akad ini."

"Menghalalkan yang haram. Artinya, bersambungnya yang haram menjadi waktu akad yang menjadikan halal."

"Pernikahan akan melahirkan hak dan kewajiban dari satu ke satunya dalam berumah tangga. Akan melahirkan anak cucu untuk meneruskan kehidupan manusia di dunia ini." Masih terdengar petuah serta nasihat yang terus diucapkan Pak Penghulu akan pentingnya sebuah akad sesuai syariat tentang bagaimana berumah tangga serta tujuannya.

"Dalam mengarungi rumah tangga diibaratkan seperti menakhodai sebuah kapal di tengah lautan yang diuji oleh hantaman ombak dan juga angin."

"Bila sang nakhodanya terampil dalam mengendalikannya, kapal akan selamat menuju tempat yang dituju. Sebaliknya, bila nakhoda tidak bisa mengendalikan kapal, tentu akan tenggelam di lautan," lanjut Pak Penghulu terkesan santai dalam membawakan khotbah nikah.

"Yang terpenting dalam ayat Alquran tadi, puncaknya untuk pegangan rumah tangga."

"Dijaga tutur bicara. Masalah kecil bisa jadi besar hanya masalah bicara."

"Sebaliknya, masalah berat akan menjadi ringan dari ucapan."

Jatayu menggaruk-garuk kepalanya yang mendadak gatal, hingga peci yang dia kenakan nyaris jatuh. Beruntung Maksum yang duduk bersila di samping Yulia tahu itu. Maksum membetulkan kembali letak peci, membuat Pak Penghulu tersenyum seraya menghentikan sejenak khotbah akad.

"Manusia bukan malaikat. Jadi, jangan sekali-kali akan menjadi malaikat karena kadang khilaf, lupa, dan salah," lanjut Pak Penghulu kemudian setelah Jatayu menyembunyikan malu wajahnya ke dada Maksum.

"Akan tetapi, jangan sampai menjadi iblis yang salah selama-lamanya. Lekas bertobat. Minta maaf kepada Allah dan manusia yang satu dan lainnya. Selanjutnya perbanyak amal saleh."

"Begitu pengantar ucapan dalam mengarungi rumah tangga yang bertakwa. Menjalankan perintah Allah juga para Rosul Allah."

"Mudah-mudahan rumah tangga yang dibangun mendapat anugerah. Allahuma. Amin."

"Dengan mengucap bismillah, saya nikahkan Yulia binti Sumo Harjo dengan Wangsit bin Mangun Karto, dengan mas kawin seperangkat alat salat, dibayar tunai!"

"Saya terima nikahnya Yulia binti Sumo Harjo dengan mas kawin yang tersebut, dibayar tunai!" jawab Wangsit dalam satu tarikan napas dengan lantang.

"Pripun, Saksi?" (Bagaimana, Saksi?), tanya Pak Penghulu.

"Sah!"

"Sah!"

"Alhamdulillah."

NGAWULO ©kuswanoto3

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang