KALAH LAGI

148 19 2
                                    

Dok! Dok! Dok!

Katirah baru saja sampai, bahkan jarit gendong masih melingkar di bahunya.

"Siapa?"

Tak ada suara dari luar.

Dok! Dok! Dok!

"Sebentar!"

Dengan tergesa Katirah menuju pintu setelah membetulkan letak kerudung.

Krek!

Katirah terpana sejenak lalu menunduk mempersilakan Wangsit masuk.

"Assalamualaikum?"

"Halah!" Wangsit menepis tangan Katirah yang hendak menyambut tangannya lalu bergegas ke kamar.

"Dari mana saja Sampean, Kang?"

Katirah berdiri di sisi ambang pintu.

"Tidak usah kokean takon!" (Tidak usah banyak tanya!).

Seketika Katirah bungkam.

"Bapak!" Jatayu mengambur lalu memeluk Wangsit.

"Wes, wes! Kono!" (Sudah, sudah! Sana!), seru Wangsit lalu mendorong Jatayu.

Bruk!

"Astagfirullah!" Katirah langsung menolong Jatayu yang terjerembap oleh dorongan Wangsit.

"Hu hu hu." Jatayu menangis seraya menutup mata dengan lengan.

"Nangis! Nangis terus! Tak untal sisan kene nek gak gelem meneng!" (Menangis! Menangis terus! Saya telan sekalian nanti kalau tidak mau diam!).

"Sudah, sudah. Ayo, kita ke belakang!" Ajak Katirah seraya membantu Jatayu bangkit.

"Kamu duduk di sini dulu, ya? Biar mamak bicara sama bapakmu." Katirah meninggalkan Jatayu yang masih menahan sengguk tangis.

****

"Tayu sangat kangen dengan Sampean," ucap Katirah lirih di ambang pintu.

Jangankan menjawab, Wangsit menoleh pun tidak.

Katirah melihat baju yang ada di lemari terlihat terserak di atas tempat tidur.

"Ndi kuitansi omah iki!" (Mana kuitansi rumah ini!).

Katirah hanya menatap sejenak mata keruh Wangsit. Wajah itu terlihat kesal. Rambut yang terurus semakin membuat lusuh penampilan Wangsit.

Perlahan Katirah melangkah mendekati Wangsit lalu membuka satu sekat alas di antara tumpuk pakaian.

"Ini." Lalu tertunduk di hadapan Wangsit.

"Ha ha ha. Iki seng tak goleki!" (Ha ha ha. Ini yang saya cari!). Seraya memasukkan lembar kecil itu ke saku celana.

"Tayu kangen." Katirah mencoba menatap mata Wangsit.

Wangsit terdiam.

"Terus?"

Giliran Katirah terdiam.

"Awakku ki kate mbalekno modal, modalku seng ludes!" (Saya ini mau mengembalikan modal, modalku yang sudah ludes!).

"Kalah main!" imbuhnya.

"Untuk apa Sampean meneruskan perbuatan maksiat seperti itu. Masih banyak cara lain untuk mendapatkan berkah-Nya," ucap Katirah lirih.

Sontak satu tamparan mendarat di wajah Katirah.

Plak!

Lalu dengan cepat Wangsit mencengkeram leher Katirah.

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang