HABIS

156 22 3
                                    

Malam datang menggeser siang.

"Mak?"

"Ada apa, Le?" Katirah seraya meletakkan lampu minyak di atas meja.

"Tadi Tayu bertemu bapak. Bapak bilang, tak boleh menceritakan apa yang Tayu lihat."

"Ha ha ha. La terus kenapa kamu bilang. Ayo?"

Jatayu menyengir seraya menggaruk bagian belakang kepala.

"Tadi Tayu melihat bapak memangku seorang perempuan."

Deg!

Bak dipukul balok, seketika sesak dada Katirah mendengarnya lalu sejenak mencoba memenangkan diri. Jatayu hanya anak kecil, dia mencoba tak terlalu mempercayainya.

"Terus?"

"Bapak memberikan uang ini kepada Jatayu."

Jatayu menarik tangan kanan yang sedari tadi dia sembunyikan di belakang badan.

Katirah terdiam. Jatayu tak mungkin berbohong dengan ucapannya. Dia menatap mata Jatayu, bola mata bening itu mengerjap, ada kejujuran setelahnya.

Katirah terdiam di ujung bangku. "Cobaan apalagi yang akan hamba terima ya, Allah. Benarkah apa yang dikatakan Jatayu?" ucapnya dalam hati.

****

Jatayu sudah pulas. 

Dengan mengenakan mukena, Katirah menengadahkan tangan. Air matanya terlihat nyaris jatuh di ujung mata.

"Ya, Allah. Ya, Robi. Jadikan rumah tangga kami sebagai jalan menuju surga-Mu. Jadikan bakti hamba untuk melebarkan titian yang terbelah tujuh. Uluran tangan-Mu, rengkuh dan tunjukkan suami hamba ke jalan yang Engkau ridho. Tuntun hamba ya, Allah. Jadikan hamba sebagai seorang istri agar tak jauh dari salah satu pintu surga yang telah Engkau janjikan."

"Di bawah kakinya aku mengabdi, tetapi kini hamba merasa semakin terimpit oleh rasa curiga. Apakah dia telah mendua? Kuatkan hamba ya, Allah. Hamba telah mengikhlaskan hidup hamba untuk mencari ridho-Mu, ridho suamiku. Kembalikan dia kepada hamba ya, Allah. Amin."

Dok! Dok! Dok!

Katirah menoleh saat mendengar pintu digedor. Buru-buru dia menuju pintu depan.

Dok! Dok! Dok!

"Sebentar!"

Pintu berderit.

Krek.

Katirah segera menutup mulut saat mengetahui siapa yang datang. Pak Porno berdiri dengan menyandarkan satu tangan di tiang pintu.

"Kalau memang ada perlu sebaiknya silakan tunggu Kang Wangsit pulang. Maaf!" Bermaksud menutup kembali pintu.

Akan tetapi, tangan Pak Porno menahannya lalu segera membekap Katirah, membawanya masuk.

"Em! Em!"

Pak Porno menghardik diakhiri sebuah tamparan.

"Diam!"

Plak!

 Lalu dengan cepat dia melepas bajunya sendiri.

"Apa yang akan Sampean lakukan. Aku akan teriak!"

"Teriak? Iya! Teriak?"

"Silakan teriak! Tak akan ada satu orang pun yang akan mendengar teriakmu!"

"Apa maumu, ha!" Katirah semakin ketakutan dan melangkah mundur ke sudut ruangan.

"Kamu milikku malam ini!"

"Apa maksudmu dengan berkata begitu!" Katirah semakin gementar ketakutan terlebih Pak Porno melepas celananya, menyisakan satu kolor pendek dalaman.

𝗡𝗚𝗔𝗪𝗨𝗟𝗢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang