(2) Kamu tidak akan bisa lari

1.5K 34 0
                                    

kaki yang terantai tidak akan pernah terlepas sampai api hitam mengudara hanya dia yang memiliki kuasa yang bisa melepasnya. 

***

Devon tersenyum sinis melihat Davit yang keluar terburu-buru dan pergi tanpa menunggu mereka. Sepupunya itu berlari cepat menuju parkiran dan dengan cepat meninggalkan area sekolah. Untuk apa Davit kabur, toh juga dia tahu kemana tujuan Davit sekarang.

Rumah Oma mereka, sudah pasti Davit kesana. dan dia tahu semua jalan menuju rumah Omanya itu, seharusnya kalau ingin kabur darinya. Davit harus jauh lebih pintar lagi.

Dasar bodoh.

"Sepupu lo lari" Bram terkekeh pelan melihat senyum mencurigakan yang Devon tunjukkan. Dia tahu apa yang lelaki ini rencanakan. Dan seharusnya Davit kabur lebih jauh, atau kalau bisa nyusul om Candra saja dari pada bersembunyi di rumah Oma.

"Lo_" Bram tersenyum curiga, sedikit menatap Devon curiga tidak akan membuat nyawanya melayang bukan?.

"Mau bunuh Davit ya"

"Hahaha"

Sudah dia duga, Devon pasti sedang merencanakan sesuatu. Dan tawa keras Devon sudah menjelaskan semuanya. Apa dia harus mengabari Davit untuk hati-hati. Bahkan saat tawa itu belum juga reda bahkan saat Devon sudah masuk ke dalam mobilnya, sebelum akhirnya menatapnya sinis sangat sinis membuatnya kesal saja.

"Kalau sampai Davit merubah tujuannya, Gue pasti bakalan ngejar lo sampai neraka"

"OOO, selow dong, gue gak ada niatan gitu. Lo mau bunuh tu sepupu lo juga gue gak masalah. Tapi lo harus ingat_" Bram tersenyum menantang membuat Devon berdecak kesal.

"Om Candra pasti akan marah"

Daddynya tidak akan marah, Daddynya bahkan tidak akan bisa menghukumnya, karena ia adalah pewaris sah Divincy.

"Hahahaha gue gak peduli" Bram bergidik cuek, malas terlalu ikut campur urusan Devon yang terkadang di luar akal sehatnya. Padahal tadi dia ingin mengajak Devon ke showroom miliknya dan melihat salah satu mobil baru yang sudah dia pesan khusus untuk dirinya. Dan akan dia bawa kesekolah besok, tapi paling tidak Devon harus melihat nya terlebih dulu, dia yakin Devon pasti langsung ingin memesan mobil yang sama dengannya.

Itu mobil terbaik untuk balapan, dan Devon bisa mengejar Davit dengan nyaman.

Ok, sepertinya dia sudah ikutan gila. Sebaiknya dia pulang sekarang.

***

Davit mengendarahi cepat mobilnya, dia harus segera sampai di rumah Omanya atau nyawanya benar-benar akan hilang. Devon pasti sudah menunggunya di jalan yang sepi yang dulu sering dia lewati berdua dengan Devon.

Shukurlah dia cepat sadar dan dia tidak akan lewat sana.

Drrrr Drrr

"Oii siapa yang ganggu gue" Davit melihat cepat notif di ponselnya tapi sayangnya malah nama Devon tertera disana.

"Lo akan mati"

"Gue masih mau hidup oi, kenapa juga Daddy malah pergi sih, kenapa malah hari ini kenapa gak besok aja"

Tamatlah riwayatnya.

Bahkan saat suara klaksen yang bergema nyaring bagaikan terompet pertanda bahwa nyawanya di ujung tanduk sekarang. Jantungnya langsung terpacu cepat saat melihat siapa yang sekarang berada di belakangnya.

Devon?

Bagaimana Devon bisa menemukannya dengan mudah.

Sial!!

Crazy Relationship (Love On Tragedi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang