(43) Belenggu

131 6 0
                                    

Terjebak, Tertahan, Tidak bisa di Bebaskan.

***

Alunan musik terdengar merdu, memecah kesunyian yang seharusnya tercipta dalam ruangan putih dengan satu sofa bewarna sama yang terletak di tengah ruangan.

Senyum manis itu terlihat begitu mengerikan. Sebelum tangannya tergerak dan memutar gelas yang berisikan jus apel didepannya. Menyecapnya pelan dan menikmati sensasi rasa manis yang begitu menyegarkan tenggorokannya.

Tangannya bergerak dengan sangat lihai. Memotong cake di depannya yang menjadi sarapannya pagi ini.

Beberapa garpu juga pisau kecil terdapat disamping piringnya dengan sedikit noda merah yang nyatanya itu bukan dari selai strawberry yang sedang ia nikmati.

"LEPASKAN AKU"

"Ssssh!" Davit menghentikan kunyahannya. Dan meletakkan kembali sendoknya, mengambil jusnya dan menyecapnya perlahan.

Tangannya terangkat, tubuhnya kembali condong kedepan dengan seringai mengerikan yang kembali membuatnya terlihat begitu berbeda dari Davit yang biasanya.

"Dia sudah sarapan?" Davit menatap Ryan sebentar, Ryan yang sedang memakan apelnya mengangguk pelan sebelum melihat tawanan mereka yang ternyata masih tetap sehat, padahal setiap kemari, Davit selalu memberikan luka baru di tubuh tawanan mereka. Luka gores, luka tusuk yang bahkan tidak pernah mereka obati dengan benar.

Kalau di pikir-pikir, Davit bahkan tidak jauh lebih baik dari pada Tuannya, Davit juga sama gilanya seperti tuannya.

"Dia tidak boleh mati dulu, sebelum Tuan Muda melihatnya" Davit mengangguk paham dan Tuan muda yang Ryan maksud adalah Devon.

sepupunya yang masih saja terjebak akan luka lama yang entah kapan bisa Devon lepas.

Luka yang tidak David sangka malah menjerat Devon terlalu lama. Sudah berapa tahun? Mereka bahkan belum berhasil menyembuhkan Devon dari trauma itu.

"LEPAS BRENGSEK!!" lelaki didepan mereka kembali mengumpat, dengan tubuh penuh luka itu seharusnya tawanan mereka   lebih bisa berpikir waras untuk tidak menganggu ketenangannya yang pasti tidak akan berakhir baik.

"Ah," Davit bergumam pelan dan mengusap telinganya perlahan. Ia bahkan sengaja memutar lagu yang menyenangkan untuk mengiringi sarapan mereka hari ini.

Tapi suara pria itu, benar-benar mengganggunya.

"Ck!, Brisik! Diamlah Hendry!" lelaki yang dinyatakan sedang liburan itu nyatanya ada didepan mereka dan malah menggangggu ketenangan mereka.

Hendry yang sudah mencelakai Devon dan Juga Feby. Hendry yang pantas untuk mati.

Tapi tidak dulu_

Davit menggoyangkan tangannya dan tersenyum guyon pada Hendry yang menatapnya murka. Lelaki itu pasti ingin membunuhnya sekarang, kasian sekali Hendry tidak akan mampu melakukannya. 

"Tunggu sampai saudara ku kemari, dia pasti akan sangat senang melihat kau masih hidup hahaha"

Tidak!

Hendry menggeleng cepat.

"Hahahaha, kau pasti tidak sabar bertemu dengannya ya HAHAHAHA"

TIDAK!!

Gila!

Gila!

Hendry kembali berkeringat dingin, ia bahkan tidak bisa membayangkan apa yang akan Devon lakukan padanya. Bahkan hampir seminggu ini hidupnya benar-benar bagaikan neraka.

Crazy Relationship (Love On Tragedi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang