Hy Hy Semuanya. Happy Reading ya.
***
Devon menghilang.
Itu yang keluarganya tahu dan semua teman-temannya tahu. Davit mengusab kasar wajahnya saat berkali-kali ia harus menjelaskan pada Candra dimana Devon dan apa yang sedang devon lakukan.
Semuanya bohong.
Ia mengatur kebohongan itu, ia mengatakan pada semuanya Devon yang sedang sibuk dengan urusan pekerjaan dan memutuskan untuk tidak pulang dan juga memutuskan untuk libur dari sekolah. Padahal nyatanya Devon masih tidak sadarkan diri di apartemen Devon sejak dua hari yang lalu.
Dan ia juga harus mengurus tentang Feby, gadis itu juga harus libur karena kakinya yang belum sembuh dan juga beberapa memar ditangan akibat didorong begitu keras oleh devon.
Benar-benar menyebalkan. Ia harus mengatur semuanya dan mengurus semuanya, jangan sampai keluarganya curiga, atau ia akan kena masalah. Dan lagi Hendry, pria itu sudah ia masukkan dalam penjara di Villa Devon, penjara ruang bawah tanah dan membuat Hendry seolah-olah sedang melakukan perjalanan bisnis sehingga kelluarga pria itu tidak curiga.
"Pria itu masih hidup?" Ryan didepannya yang baru saja selesai menggantikan perban di pungung devon mengangguk cepat. Davit kembali bertolak pinggang, ia berjalan gusar dan membuka tirai dikamar devon.
Devon butuh matahari.
"pastikan dia tetap hidup, Devon passti akan marah kalau pria itu mati dengan mudah"
"saya mengerti tuan" Ryan mengangguk patuh, ia kembali menutupi luka tubuh devon dengan selimut, tubuh devon masih dalam posisi miring dan mereka harus selalu memastikan Devon tubuh devon tidak berada dalam posisi yang sama dalam kurun waktu yang begitu lama. Itu yang Dimas katakan.
Dan mereka benar-benar patuh.
"Lo kapan sadar" bagaikan orang gila, setelah Ryan pergi Davit mendekat dan menatap Devon yang masih terlelap. Mengajaknya berbicara bagaikan orang gila.
"Tumben lo bisa tumbang begini" lagi ia menghela nafas gusar, walaupun tidak berada dalam keadaan krisis lagi. Walaupun tekanan darah devon sudah kembali stabil, tapi devon amsih terlihat sangat pucat, benar-benar sangat pucat. Juga itu_
Luka lama, di punggung Devon. Davit menatap lama, bukti nyata kenapa sampai sekarang Devon masih terluka, kenapa sampai sekarang Devon masih membencinya. Dan kenapa sampai sekarang malam devon tidak pernah tenang.
"dan itu kenapa gue gak bisa biarkan siapapun lukai lo Dev" karena sebagai orang yang selalu mejadi samsak hidup untuk devon ia tidak pernah mau melihat devon terluka.
Lebih dari apapun itu, ia jauh lebih bisa menahan rasa sakit dari yang devon pikirkan selama ini.
"Cepat bangun, cewek lo itu benar-benar menakutkan" Bahkan ia sangat khawatir meninggalkan Feby dan Devon dalam satu ruangan hanya berdua saja. bahkan setelah sadar kemarin, Feby langsung mendatangi Devon dan menampar devon dengan sangat kuat, padahal Devon masih tidak baik-baik saja.
"Gue gak tahu, kenapa selera lo malah jauh dari kata waras" ucapnya lagi, sebelum akhirnya beranjak pergi dari sana saat ponselnya kembali berdering dan nama Mia kembali tertera disana. Kali ini apa lagi yang akan ia katakan, Devon itu kesayangan Mia, terlalu lama menghilang pasti akan membuat Mia curiga.
"Lo_" Langkah kaki Davit langsung berhenti dan dering diponselnya juga berhenti. Sial! Mia pasti akan marah besar padanya. Tapi itu bisa ia urus nanti, kehadiran Feby jelas bukan kabar baik untuk sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Relationship (Love On Tragedi)
Romance"Kamu milikku sayang. kamu milikku dan selamanya tidak akan pernah berubah" "Kamu gila Dev, aku bukan milikmu" "KAU MILIKKU!" Devon menggila, menekan kuat tangan Feby sampai Feby meringis kesakitan. kembali mencoba melawan saat Devon kembali memaksa...