(19). Pindah

95 4 0
                                    

Sesuai rencana, Feby mulai mengisi apartemennya dengan beberapa baju miliknya, juga mulai mengisi kulkasnya, bahkan juga beberapa barang yang dia butuhkan sudah ada disana. Dengan begini dia bisa bersembunyi dari Devon. Dan Devon tidak akan menemukannya.

Selama devon tidak menemukannya dirumahnya maka Devon tidak akan kesana, dan Devon pasti akan mencarinya, karena itu dia akan bersembunyi disini, walaupun nanti dia akan ketahuan, paling tidak orang tuanya tidak akan pernah terlibat.

Karena dia sendiri yang akan menyingkirkan Devon dari hidupnya.

"Kau pantas mati, pembunuh sepertimu pantas mati dev!" Dia bahkan masih ingat bagaimana Devon membunuh Zeko dulu. Bagaimana Devon hampir memperkosanya, bagaimana Devon melakukan semuanya dengan raut setenang itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Devon benar-benar yang terburuk. Karena itu dia harus secepatnya menyingkirkan Devon.

Lelaki itu iblis.

"Nona" Feby tersentak kaget, kedua netranya menatap Elena kaget. Dia bahkan sampai lupa elena juga ada disini membantunya hari ini.

"Anda mau saya panggilkan beberapa orang untuk membantu, Nona?" Feby berpikir sebentar, dia sudah menyuruh beberapa orang untuk merapikan apartemennya kemarin. Membeli beberapa barang juga Menata ruangan seperti yang dia mau. Dan hari ini dia hanya harus mengatur bajunya dan mengisi kulkasnya. Selebihnya tidak ada.

Jadi_

"Em" Feby menggeleng pelan. Elena menganguk paham, dia juga sudah selesai memindahkan pakaian Feby kedalam lemari dan memastikan semua yang Febby butuhkan sudah tersedia disini.

"Anda mau saya masakkan sesuatu nona?" Tanya Elene lagi, Febby mengangguk pelan dengan tangan menyentuh perutnya. Ia bahkan tiba-tiba merasa lapar saat Elena membahas tentang makanan padahal tadi tidak.

"Apa saja tidak masalah" Jawabnya. Elena mangangguk paham kemudian melangkah pergi meninggalkan Feby. Dia harus menyiapkan beberapa makanan sebelum mereka berdua mati kelaparan disini.

Feby berjalan keluar menuju balkon apartemennya. Ia tidak menyangka akan menempati apartemen ini secepat ini. Padahal ia ingin menempatinya saat dia lulus nanti, tapi ternyata perjalanannya ke Paris dua bulan lalu benar-benar mengubah semua rencananya.

Termasuk kepindahannya yang harus ia percepat.

"Dan semua itu karena kamu Dev" Febby mengeram kesal, bagaimana mungkin Dewa masih menganggap Devon itu baik. Bagaimana mungkin wajah licik Devon itu mengelabuhi Dewa. Kalau seperti ini ceritanya ia yakin, dengan mudah Devon pasti akan bisa membuat kedua orang tuanya menyetujui hubungannya dengan Devon.

Hubungan yang sudah ia akhiri, tapi bagi devon hubungan mereka belum berakhir.

Lelaki itu benar-benar memuakkan.

Beberapa saat Berlalu, FEby memilih kembali masuk saat harum makanan menyapa indra penciumannya. Melangkah kearea dapur, disana Elena sudah siap dengan masakannya.

"Wau ini enak" ucapnya setelah mencicipi Spagety yang Elena buat.

"Maaf nona, saya hanya bisa buat ini" Febby menggeleng pelan.

"Tidak masalah, ini enak" ucapnya tulus. Elene ikut tersenyum lebar dan ikut duduk didepan FEbby.

"Emm, aku tidak menyangka kamu pandai memasak Elena"

"Tentu nona, kebetulan saya selalu tinggal sendiri" Febby langsung menatap tak enak, dia bahkan sampai Lupa, Elena memang sudah sebatang kara sejak lima tahun yang lalu. Sebuah kecelakaan sudah merengut nyawa kedua orang tua Elena. Itu kejadian tragis yang tidak pantas untuk ia ungkit kembali.

Crazy Relationship (Love On Tragedi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang