(26) Penguntit

95 2 0
                                    

Happy Reading All. 

So, Untuk Yang belum Follow aku. langsung Follow aja dulu ok. 

***


Hidup tidak semudah itu sayang

***


Sial!

Kapan harinya akan tenang, menoleh ke belakang dan apa yang ia lihat adalah bayangan Devon yang mengejarnya dengan tawa bahagia seolah apa yang ia lakukan tadi adalah hal lucu yang bisa membuat hari seorang Devon bewarna. Tapi tidak untuknya, ini adalah hal gila yang terus terulang dalam hidupnya, seberapa sering ia memukul mundur Devon pergi darinya, nyatanya Devon selalu kembali dengan raut bahagia yang sama dan raut terluka yang coba ia abaikan sampai sekarang.

Devon ingin menunjukkan padanya sedalam apa devon terluka karenanya. Begitukah?, sayangnya disini ia adalah korban dan Devon adalah pelaku utama yang sudah membuat hidupnya berantakan. Senyumnya yang dulu begitu cerah bagaikan Pelangi di bulan Juni. Dan sekarang bagaikan gulita tanpa rembulan yang kerap kali membuatnya bingung, inikah dirinya, kenapa begitu menyedihkan.

"JAngan mengikutiku Dev!" Devon berhenti, mengangkat tangannya dengan senyum menyebalkan yang terlihat jelas sedang mengejeknya secara terang-terangan. Feby memukul Devon mundur, mobilnya sudah di depannya dan selangkah lagi ia akan pergi dari sini. Kembali pulang ketempat persembunyiaannya dan tentunya jauh dari jangkauan Devon.

Jauh dari orang-orang yang membuatnya muak, terutama Devon.

"Jangan gitu dong, ini pertama kali kita ketemu disekolah lo" Febby merotasikan matanya kesal, apa yang harus di banggakan, kenapa juga Devon bisa sebangga itu. padahal sedari awal ia bahkan ingin kabur dari sini, saat ia tahu akan satu ruangan dengan Devon saja sudah membuatnya muak dan bahkan tidak ingin lagi berada disini. Tapi devon tidak, sepertinya melihatnya semakin tersiksa adalah kebahagiaan tersendiri untuk Devon.

Devon tersenyum semakin lebar, kedua netra itu menatapnya bahagia.

"Kamu apa kabar sayang?" apa pantas devon bertanya seperti itu padanya?. Feby mendengus malas, berbalik pergi dan mengabaikan devon, namun sayangnya mengetahui Feby akan menghindar darinya, devon dengan sigap langsung meraih tangan Feby dan menariknya mendekat. Memaksa feby tetap disampingnya, seperti yang selama ini ia inginkan.

"Lepas Dev!" Devon menggeleng tegas, Febby mendengus kesal, dia bahkan sudah sangat muak melihat devon disini, rasanya paru-parunya tiba-tiba saja terasa sakit hanya karena berada terlalu dekat dengan devon.

"Kamu tahu aku tidak akan melakukan itu sayang" memuakkan, bagaimana lagi caranya agar Devon benar-benar pergi darinya.

Feby menghentak kasar tangan Devon, tangannya sedikit terasa panas, devon menggenggamnya terlalu erat.

"Dan kau pun tahu aku tidak ingin melihatmu lagi Dev" Devon menggeleng cepat, menolak dengan tegas setiap penolakan yang Feby berikan.

"Dan aku tetap disini, menunggu kamu sadar, bahwa hanya aku yang pantas dengan mu sayang" percaya diri sekali, sejak Devon menghancurkan hatinya sejak saat itu juga devon tidak pantas lagi bersamanya. Seharusnya Devon sadar itu.

"sadar diri itu perlu lo" ejeknya, masa bodoh dengan semua penolakan Feby yang ia tahu Feby itu miliknya.

"Aku bahkan sudah membantumu menyingkirkan musuhmu itu sayang" Lalu kenapa? Feby tersenyum remeh, apa Devon pikir ia tidak bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Bahkan tanpa Devon sekalipun ia bisa menyelesaikan semua masalah yang menimpanya.

Crazy Relationship (Love On Tragedi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang