Feby menatap lama gedung megah yang berdiri di depannya.
Gedung ini masih sama, masih saja semegah ini dan dia sudah lama tidak kemari. Dia terlalu sibuk dengan semua tanggung jawab yang dia punya sekarang. Bahkan untuk mengunjungi perusahaan pusat pun dia tidak ada waktu.
Terkadang semakin dewasa kita semakin banyak pula waktu yang kita habiskan hanya untuk menyelesaikan sesuatu hal sampai kita lupa dengan hal lainnya.
"Papa" Feby tersenyum cerah melihat Dewa yang tersentak kaget melihat kedatangannya. Sebelum akhirnya tersenyum senang dan merentangkan tangan padanya.
Lelaki gagah yang berdiri membelakangi jendela besar di belakangnya itu. mana mungkin dia tidak berjalan cepat dan memeluk dewa yang juga sangat sibuk belakangan ini. Sangat sibuk sampai dia memilih bertemu Dewa di perusahaan dari pada di rumah mereka.
"Kamu kemari sayang" Feby mengangguk cepat dan kemudian melepaskan pelukannya dan menatap Dewa aneh. Papanya ini masih tersenyum lebar kearahnya padahal dia sudah mengurangi kadar senyumannya.
"Kenapa papa lihat aku gitu?" Dewa terkekeh pelan, sebelum membalikkan badannya dan menatap jendela besar didepannya dengan pemandangan Gedung-gedung tinggi di depannya.
"Bagaimana dengan proyeknya sayang?"
"sudah aku atasi pa, dan kita sudah bisa melanjutkkannya. Tapi pihat PT Jaya Baru masih juga tidak mau ganti rugi" Dewa mengangguk mengerti, putrinya pasti kesulitan menghadapi manusia tidak sadar diri seperti itu.
"kamu butuh bantuan papa sayang" Feby menggeleng cepat, dia masih bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Lagipula ini hanya masalah sepele untuknya. Dan mereka juga bukan lawan yang Tangguh untuknya.
Jadi untuk apa dia mengganggu Papanya.
"Tidak apa pa, aku bisa menyelesaikan ini. Papa tenang saja" Dewa tersenyum lebar, Feby memang lebih mirip dengannya dari pada Nathan. Dia bahkan masih tidak habis pikir dengan Nathan yang tidak ingin mengikuti langkahnya.
"Ya, kamu memang putri papa" Dewa memeluk hangat Feby yang berdiri disampingnya.
"Tentu saja pa, dan aku belajar dari ahlinya" Seringai keji Feby terbitkan, wajah cantik itu kembali terlihat menyeramkan.
"Tentu saja sayang, tidak ada yang boleh macam-macam dengan keluarga kita" Dewa kembali menatap bangga putrinya, Feby benar-benar calon pewaris yang paling tepat untuknya.
"Tentu pa, aku tidak akan membiarkan mereka lepas begitu saja" Karena lelaki yang sudah berani menentangnya itu benar-benar sudah merugikannya. Bahkan menolak untuk ganti rugi.
Ck! Membuatnya kesal saja.
"Jadi_" Dewa kembali membuka obrolan, setelah sesaat diam dan ekpresi kesal putrinya tentu sangat mengganggunya.
Berjalan mendekati Sofa, Dewa memilih duduk disana dan kembali menatap feby yang duduk di depannya serius.
"Kamu memaksa kakak kamu kembali sayang" Feby mengangguk cepat, Dewa mencoba mengalihkan topik pembicaan mereka. Atau memang Nathan yang sudah mengadu.
Tukang ngadu memang.
Dewa tersenyum guyon, bahkan Feby tidak berniat mengelak sedikitpun.
"Sudah saatnya kak Nathan kembali ke studinya. Lebih cepat dia lulus maka itu lebih baik. Aku tidak lupa pa, papa memberikan perusaan cabang kita pada kak Nathan. Dan aku pikir dia harus secepatnya menyelesaikan study kedokterannya. Bagaimana pun juga dia tidak bisa lari dari tanggung jawabnya sebagai putra papa"
Tepat sekali, Dia memang tidak salah memilih Feby menjadi pewaris utamanya. Analisis putrinya adalah yang terbaik.
"Jadi kamu tahu itu sayang" feby mengangguk cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Relationship (Love On Tragedi)
Romance"Kamu milikku sayang. kamu milikku dan selamanya tidak akan pernah berubah" "Kamu gila Dev, aku bukan milikmu" "KAU MILIKKU!" Devon menggila, menekan kuat tangan Feby sampai Feby meringis kesakitan. kembali mencoba melawan saat Devon kembali memaksa...