Happy Reading
.***
Semuanya tidak baik-baik saja.
***
“Kamu sendirian”
“Kamu akan selalu sendirian hahahaha”
“dia di tinggalkan haha”
“Bunuh saja dia”
“Tidak … Tidak” Devon menggerang kesakitan, suara-suara itu terdengar begitu jelas dalam pikirannya. Kedua netranya sudah terbuka sejak pertama kali suara itu kembali menyandra rasa sakitnya, kembali membuka lukanya sesuka hati, kembali menyiksanya.
“Anak itu sendirian hahahaha, dia ditinggalkan hahaha”
Sial!
Devon menekan kuat-kuat dadanya. Rasa sesak itu kembali membuatnya kesulitan bernafas. Devon mengangkat sedikit kepalanya, dengan keringat dingin yang semakin menyiksanya.
“Bunuh, Bunuh! Bunuh dia”
“Tidakk, Tidakkk Akhhh sakitt” Devon membanting kasar kepalanya ke bantal dengan rasa sakit yang semakin menyiksanya. Kedua netra nya berpendar gelisah, Kemana semua orang?, kenapa tidak ada yang mau menyelamatkannya.
Sampai kapan?
Sampai kapan, suara-suara itu akan menyiksanya. Sampai kapan suara-suara itu akan menyandranya.
Sakitt, ini benar-benar sakit.
Seseorang, tolong selamatkan aku.
“Dev”
Siapa?
Devon membuka kembali matanya, melihat siapa yang berjalan menghampiri ranjangnya dengan kedua netranya yang bahkan tidak bisa melihat dengan jelas. saat Langkah kaki itu mendekat, saat semua luka itu kembali menghilang dengan perlahan.
Feby?
Kenapa gadis itu masih disini?, bukankah seharusnya feby sudah melangkah pergi meninggalkannya?,
jadi kenapa feby masih disini?
Feby mengernyit heran, melihat Devon yang linglung dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Feby mendekat, meletakkan kain kasa juga obat merah di dekat kaki Devon dan ia duduk lebih dekat dengan Devon. tangannya terulur, menyentuh kening Devon_
panas
kenapa bisa tiba-tiba suhu tubuh Devon kembali menghangat. Apa Devon kembali demam?. Feby menatap tak paham dalam netra gelap Devon yang terlihat begitu gelisah, apa yang Devon khawatirkan, sampai membuat Devon kembali terlihat menyedihkan seperti ini?.
“kamu disini?” pertanyaan macam apa itu, sudah jelas ia disini.
FebyFeby
Gadisnya disini.
“Dev?” Feby tersentak kaget, saat Devon memeluknya cepat mendekap erat tubuhnya. Bahkan ia bisa mendengar detak jantung Devon yang terdengar menggila. Devonnya gelisah.
“Dev, kenapa?” tangannya terangkat, mengusap pelan punggung Devon yang sudah basah akan keringat. Dan sekarang Devon harus mengganti bajunya juga. Baju Devon benar-benar basah.
“jangan pergi!” Devon berucap lirih.
Kenapa?Apa yang devon pikirkan?
Kenapa Devon harus segelisah ini?
Feby semakin tidak paham dengan pelukan Devon yang semakin menguat dan gumaman lirih itu yang semakin terdengar sarat akan rasa sakit yang ikut membuatnya sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Relationship (Love On Tragedi)
Romance"Kamu milikku sayang. kamu milikku dan selamanya tidak akan pernah berubah" "Kamu gila Dev, aku bukan milikmu" "KAU MILIKKU!" Devon menggila, menekan kuat tangan Feby sampai Feby meringis kesakitan. kembali mencoba melawan saat Devon kembali memaksa...