(30) Pergi Menjauh

107 5 0
                                    

Happy Reading Untuk semuanya

***

Semalam Febby sudah mendapatkan seragamnya yang dikirimkan Elena untuknya melalui abang kurir yang menjadi penolong untuk manusia mageran yang malas keluar. Seperti mereka bertiga ini tentu saja dia sendiri, devon dan Davit.

Pagi-pagi ia sudah siap dengan seragamnya, Devon sudah siap dengan wajah kesalnya dan Davit sudah siap dengan sarapan untuk mereka semua. Kalau dilihat-lihat ia jelas bisa membedakan keduanya, terlalu sering melihat keduanya membuatnya merasa davit dan devon itu jelas sangat berbeda.

Davit itu menyebalkan, sedikit gila atau dia yang belum tahu segila apa davit sebenarnya karena yang terlihat adalah davit yang mencoba menjadi bayangan devon yang selalu ingin menjadi cahaya, sosok yang begitu mencolok bahkan ditengan kegelapan sekalipun.

“Jangan pergi, disini aja. Bareng aku” Devon kembali merengek padanya, sebagai mantan yang tidak pernah ia putuskan dengan benar, seharusnya devon sadar mereka ini masih pelajar bukan pengangguran.

“Lo aja yang disini, gue mah ogah” tolaknya kasar yang sukses membuat Devon membanting sendok buburnya kasar. Febby telonjak kaget, melotot kesal pada Devon yang melotot tajam padanya. Yang benar saja, ia sudah bagaikan pengasuh devon saja.

“Gue panggilkan Bianca kemari” ucap febby asal sambil memeriksa kembali riasannya sebelum tersenyum bangga, Perfeck dia memang cantik.

“Gak mau, aku gak suka dia, aku suka kamu” Febby menaikkan alisnya dan menatap Devon tak minat.

“Oh cermin-cermin Ajaib, siapa yang paling cantik didunia ini” Febby mengabaikan protesan devon, dia malah sibuk memeriksa wajahnya di cermin kecil yang selalu ia bawa dalam tasnya.

“Oh, benar sekali. Tentu saja Febby Afriandra orangnya”

“Dasar narsis” davit yang baru kembali dari dapur mengambil air untuk  Devon menggeleng prihatin melihat tingkah gila Febby, pantas saja kedua manusia ini cocok.

Ternyata sama-sama narsis.

“Iya sayang, kamu yang paling cantik, makanya kamu cocok sama aku yang tampan ini”

“Apartemen ini kekurangan kaca” sinis Davit setelah mengambil Langkah  manjauh dari Devon yang bahkan tidak terganggu sama sekali dengan ucapannya.

Febby langsung berdiri tegak, mengibaskan rambutnya dan menatap Devon sinis.

“gue mau sekolah” ucapnya tegas.

“gak boleh ganggu, gak boleh ngusik, gue mau belajar gak kayak lo yang pengangguran, gue itu pelajar” minta izinnya keren sekali, Davit menggeleng takjub. Selama hidupnya baru kali ini ia melihat cewek yang berani menentang Devon saat semua orang bahkan tidak ada yang berani menentang devon.

“Nanti kamu gak pulang kemari lagi” Ucap Devon sambil memberungut sendu. Febby bertepuk tangan sekali dan mengangguk semangat.

“Ya benar sekali Devon Abercio Divincy. Jadi selama gue gak ada disini jangan sampai lo mati ya” kejam, febby benar-benar kejam. Bahkan Febby langsung berbalik pergi sambil memamerkan kunci mobil ditangannya. Itu kunci milik Febby padahal sudah ia sembunyikan tapi tetap saja bisa Febby temukan.

“kalau kamu gak pulang kemari aku gak akan mau makan”

“Bodo amat” jawab Febby setengah berteriak membalas ancaman Devon yang bagaikan anak kecil itu. Davit yang mendengar itu langsung bergerak panik, pasalnya devon benar-benar langsung menjauhkan mangkuk berisi bubur dan juga menolak saat ia sodorkan minum.

“Gak mau makan” ucapnya kesal, dan langsung bangun, mengambil Langkah pelan dengan ekpresi kesal yang sangat kentara. Davit mengusap wajahnya frustasi, sampai suara pintu yang dibanting kasar berhasil mengagetkannya. Devon yang seperti ini benar-benar membuatnya bingung.

Crazy Relationship (Love On Tragedi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang