(39). Aku tidak sendirian

100 4 0
                                    

Hy semuanya. Happy Reading untuk kalian semua.

Dan untuk yang belum follow aku. Langsung Follow aja ya.

Ok!

***

Benarkah?

Aku tidak sendirian.?

***

Kosong.

Devon melihat sekitarnya, tatapannya masih sama bahkan setelah keluarganya pergi dan gadisnya juga.

Semuanya pergi, meninggalkannya.

Seperti dulu, ia kembali ditinggalkan. Sendirian dan kembali disalahkan.

Devon menyorot hampa, dadanya kembali terasa sesak dengan pasokan udara yang terasa semakin menipis.

Seharusnya memang sejak awal ia tidak bergantung pada siapapun, seharusnya memang sejak awal ia tidak pernah berharap.

Karena sejak awal, ia memang sudah ditakdirkan untuk sendirian.

Devon menunduk dalam, melihat kakinya yang diperban. Entah sejak kapan kakinya terluka, tapi karena itu sekarang jadi sulit ia gerakkan. Ia bahkan tidak sadar kakinya juga ikut terluka.

Devon mencoba memutar pergelangan kakinya, tepat dimana lukanya bersarang. Rasa perih dan nyeri langsung ia rasakan. Rasa sakit yang kembali membuatnya sadar ia masih hidup. Masih bernafas dan semua kehampaan yang ia rasakan sekarang adalah nyata.

Semua rasa sakit ini benar-benar nyata.

Haruskah ia akhiri hidupnya.

Devon menatap laci nakas di samping ranjangnya.  Devon ingat ia menyimpan pisaunya disana. Menggores nadinya mungkin ia bisa mengakhiri semua sakit yang ia rasakan sekarang.

Semua kehampaan ini, semua rasa sakit ini.

Sesak!

Pintu kamar terbuka.

Tubuh Devon tersentak kaget, kedua netra nya berpendar ragu menatap pintu kamarnya yang terbuka.

“Feby?”

Devon menatap tak yakin. Mimpi buruknya masih tertanam jelas dalam memorinya, saat Feby meninggalkannya. Saat Feby bahkan tidak peduli padanya yang berteriak kesakitan minta tolong.

Tapi_

Kenapa yang di depannya terlihat begitu nyata. Seolah sekarang ia diizinkan untuk berpikir_

“aku tidak ditinggalkan”

Devon terdiam kaku, melihat dengan tatapan yang sama saat Feby mendekat dan duduk disamping tubuhnya dalam posisi menghadapnya.

Ini benar-benar Feby?

Tangan Feby tergerak   meletakkan nampan diatas nakas dan mengambil mangkuk berisi bubur untuk ia suapkan pada Devon yang nyatanya bagaikan slow motion di mata Devon.

Feby meneliti dengan jelas raut wajah Devon sekarang.

Devon benar-benar terlihat bagaikan mayat hidup. Pucat dengan pandangan kosong yang membuat Devon semakin terlihat menyedihkan.

Feby mengambil baskom berisi handuk dengan isian es batu untuk ia kompreskan ke pipi devon, ini pasti dingin, tapi devon tidak bergeming sedikitpun. Coba ia tekan perlahan, tapi tetap saja Devon tidak memberikan reaksi sama sekali, padahal ia yakin, tindakannya barusan cukup untuk membuat Devon marah padanya. Tapi sayangnya Devon hanya diam bagaikan patung yang siap untuk ia apa-apakan.

Crazy Relationship (Love On Tragedi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang