Part 6 (Sudah direvisi)

275 33 13
                                    


Sesampainya di aquarium raksasa Jakarta, Alwi dan kedua kakaknya pun berkeliling, sambil memfoto-foto objek yang menurut mereka bagus.

"Wih, ikan apa tuh". Ucap Ridho sambil menunjuk ikan itu di aquarium.

"Itu ikan pari kak, masa kakak ga tau". Ucap Alwi terkekeh.

Sedangkan Tammy asik memfoto aquarium raksasa itu untuk ia posting di Instagram miliknya.

"Lupa, Wi". Ucap Ridho menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Yaudah, yuk kita keliling lagi. Kak Tammy udah selesai foto-fotonya ?". Ucap dan tanya Alwi.

"Udah Wi, kita lanjut lagi aja kelilingnya". Jawab Tammy berjalan mendekati Alwi dan Ridho.

Mereka bertiga pun berkeliling sambil melihat-lihat jenis-jenis ikan yang berada di sana.

"Kita foto bertiga yuk, buat kenang-kenangan jika suatu hari nanti salah satu dari kita pergi". Ucap Alwi mengambil handphonenya dari kantung celananya.

Ridho dan Tammy pun merasa aneh mengapa adiknya berkata seperti itu.

"Kamu jangan ngomong aneh-aneh deh Wi". Ucap Tammy yang menjadi gelisah mendengarnya.

"Alwi ga ngomong aneh-aneh kak, setiap manusia pasti akan meninggal, maupun itu tua maupun muda kak. Bisa aja besok Alwi yang meninggal". Ucap Alwi sambil tersenyum.

"Husttt, jangan ngomong kayak gitulah Wi. Kakak ga mau kamu ngomong kayak gitu lagi". Ucap Ridho menegur.

"Iya Wi, kakak sakit dengernya". Ucap Tammy sedih mendengarnya.

"Iya, maafin Alwi ya kak. Alwi janji ga akan pernah bahas itu lagi". Ucap Alwi tersenyum.

Ridho dan Tammy pun membalas senyumannya.

"Udah, udah jangan pada sedih dong. Kita foto bertiga aja yuk". Ucap Ridho yang mencoba untuk menghibur kedua adiknya.

Tammy dan Alwi pun mengangguk antusias. Tammy pun meminta tolong pada salah satu pengunjung untuk memfoto mereka bertiga, dan ia pun bersedia memfoto mereka bertiga.

"Bagus banget fotonya kak". Ucap Alwi tersenyum melihat hasil fotonya.

"Iya Wi, kalo dijadiin pajangan di rumah, bagus banget Wi". Ucap Ridho menyetujuinya.

"Tapi belum lengkap kalo belum ada Ayah dan Bunda". Ucap Tammy.

"Kak, entar malam kita di ajak jalan-jalan sama Ayah dan Bunda, kan malam Minggu entar malam". Ucap Alwi memberi saran

"Beneran Wi ?". Tanya Tammy.

Alwi pun mengangguk.

"Yaudah, kita pulang aja sekarang biar kita bisa istirahat dulu". Ucap Ridho.

"Oke kak". Jawab Tammy dan Alwi.

*************

Di mobilnya Alwi

"Kamu ga capek Wi ?". Tanya Ridho

"Ga terlalu sih, emangnya kenapa kak ?". Jawab dan tanya Alwi.

"Kalo kamu capek, biar kakak yang nyetir. Kamu kan belum pulih benar". Ucap Tammy.

"Lah, emang kamu bisa nyetir Tam ?". Tanya Ridho heran.

"Bisalah kak, jadi selama ini aku belajar nyetir sama Alwi. Awalnya Alwi nolak karena aku perempuan, tetapi aku bilang tetap aja perempuan harus bisa nyetir dong walaupun nanti udah punya suami, akhirnya Alwi mau deh ngajarin aku nyetir mobil". Jawab Tammy tersenyum mengingatnya.

"Lah, jadi yang bisa nyetir tanpa diajarin itu cuma Alwi ?". Tanya Ridho terkejut.

"Kakak juga belajar nyetir sama Alwi ?". Tanya Tammy.

"Iya Tam". Jawab Ridho.

"Alwi hebat banget deh, kakak bangga sama kamu". Ucap Tammy tersenyum bangga ke arah adik bungsunya itu.

"Kak, Alwi ga sehebat itu kok. Kakak juga hebat bisa juara satu dilomba sains di sekolah. Kakak berdua lebih hebat dari Alwi". Ucap Alwi merendah

"Tapi kamu bisa nyetir tanpa harus latihan dulu, padahal kamu masih SMP. Kakak aja SMP baru bisa naik motor Wi. Kamu juga seorang pendakwah, setiap hari kamu ceramah di berbagai tempat, mensyiarkan agama Islam. Itu baru namanya hebat. Kakak bangga sama kamu, kamu bisa lebih banyak ilmu pengetahuan tentang agama dibandingkan kakak. Ga sia-sia kamu ke Yaman untuk belajar di pesantren di sana 2 tahun yang lalu". Ucap Ridho panjang lebar.

Alwi memang sempat mondok di Yaman selama 5 tahun, saat ia berangkat ia masih berumur 7 tahun, dan ia pun masih sangat kecil. Tetapi itulah keinginannya dulu, Ayah Ananda dan Bunda Inne pun tidak bisa melarangnya untuk belajar di sana.

Selama 5 tahun, keluarga Goerge menahan rasa rindu terhadapnya. Dan akhirnya hari yang di tunggu-tunggu mereka datang, Alwi pulang ke Indonesia. Sekarang ia sudah menjadi seorang pendakwah yang ia impikan sejak dulu. Alwi pun tersenyum mengingat itu semua.

"Itu juga berkat kalian yang sudah merestui Alwi untuk belajar di sana selama 5 tahun, dan maaf jika Alwi tidak ada disamping kalian selama 5 tahun". Ucap Alwi.

"Kamu ga usah minta maaf Wi, kakak tau kamu ingin kesana untuk menuntut ilmu disana, untuk bisa menggapai cita-citamu menjadi seorang pendakwah. Dan sekarang impian kamu telah tercapai, kakak bangga sama kamu". Ucap Tammy tersenyum.

"Terima kasih kak sudah selalu berada di samping Alwi dan selalu mendukung Alwi". Ucap Alwi membalas senyuman kakak perempuannya itu

"Sama-sama Wi, sudah sewajarnya kita saling mendukung karena kita adalah saudara". Jawab Ridho sambil tersenyum.

Tammy dan Alwi pun membalas senyumannya.

"Alwi bangga mempunyai seorang kakak seperti kalian". Batin Alwi tersenyum.

**************
Selamat membaca..
Maaf kalo kemaren ga update 🙏🙏

Rumah Ternyamanku (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang