Keesokan paginya
"Wii, bangun. Udah subuh ini". Ucap Suheil sambil menoel-noel pipi chubbynya itu."Hmm". Ucap Alwi yang masih memejamkan matanya.
"Bangun dulu yuk, habis itu kamu bisa tidur lagi". Ucap Suheil yang masih setia menoel-noel pipi chubby itu.
Alwi pun bangun dari tidurnya, kemudian ia pun duduk di pinggir tempat tidurnya untuk mengumpulkan nyawanya dulu.
"Gimana Wii ? Masih pusing ?". Tanya Suheil
"Udah mendingan Heil, cuma masih lemas aja". Ucap Alwi yang sedang memejamkan matanya.
"Alhamdulillah kalau begitu". Ucap Suheil lega.
"Kamu pergi kebawah duluan gih, nanti aku nyusul". Ucap Alwi membuka matanya dan langsung menoleh kearah Suheil.
"Tapi ga apa-apa nih aku tinggal ?". Tanya Suheil yang tidak tega meninggalkan Alwi.
"Ga apa-apa kok, aku bisa sendiri. Lagian aku udah ga pusing kok, cuma lemas aja". Ucap Alwi.
"Yaudah kalau itu maumu. Tapi kalau ada apa-apa, kamu tinggal teriak aja, kan kedengeran sampai ke bawah". Ucap Suheil.
"Hmm, iya Heil". Jawab Alwi sambil tersenyum. Suheil pun membalas senyumannya, kemudian ia pun beranjak dari duduknya, lalu ia keluar dari kamar.
Alwi pun beranjak dari duduknya, kemudian ia pun mengambil pakaiannya dan handuknya. Lalu, ia pun masuk ke kamar mandi.
******
Skip di bawah
"Assalamualaikum". Ucap Suheil."Waalaikumsalam". Jawab semuanya.
"Lah, kok kamu ga bersama Alwi ?". Tanya Masaji.
"Dia nyuruh Suheil turun duluan, katanya dia bisa siap-siap sendiri". Ucap Suheil.
"Terus bagaimana dengan keadaannya ?". Tanya Tante Riska.
"Alhamdulillah, udah mendingan katanya. Demamnya juga udah turun, dan juga pusingnya juga sudah sembuh. Cuma tubuhnya masih lemas". Ucap Suheil. Semuanya yang mendengar itu.
"Assalamualaikum". Ucap Alwi.
"Waalaikumsalam". Jawab semuanya.
"Kamu sudah sembuh Nak ?". Tanya Bunda Inne
"Alhamdulillah, sudah Bun. Hanya saja tubuhnya Alwi masih lemas Bun". Ucap Alwi.
"Alhamdulillah, bagus kalau begitu". Ucap Bunda Inne membelai rambutnya Alwi dengan lembutnya, Alwi yang merasa nyaman atas belaian lembut dari sang Bunda pun tersenyum manis padanya.
"Bunda". Panggil Alwi
"Iya sayang, kenapa Nak ?". Tanya Bunda Inne.
"Alwi mohon, saat Alwi sudah tidak berada disamping Bunda lagi, teruslah tersenyum seperti ini. Bunda harus kuat karena Kak Ridho dan Kak Tammy membutuhkan semangat dari Bunda. Janganlah terus menangis hanya karena Alwi meninggalkan Bunda untuk selamanya. Alwi yakin, Bunda adalah wanita yang kuat". Ucap Alwi sambil tersenyum manis. Semuanya pun terdiam mendengar ucapannya itu.
"Iya Nak, Bunda berjanji. Tetapi Bunda akan kuat jika Alwi selalu berada disamping Bunda". Ucap Bunda Inne.
"Bunda, Alwi tidak bisa hidup selamanya bersama Bunda, tetapi jika itu memang takdir, itu akan terjadi. Tapi jika takdir mengatakan bahwa Alwi akan meninggalkan kalian semua, maka takdir itu tidak bisa diubah. Jadi, Bunda tidak boleh menentang takdir itu". Ucap Alwi.
"Setiap manusia pasti akan mengalami yang namanya kematian". Lanjut Alwi. Semuanya pun masih terdiam mendengar ucapannya itu, termasuk Bunda Inne. Entah kenapa ia merasa ucapannya itu seperti kata-kata terakhir darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Ternyamanku (Selesai)
Novela JuvenilAssalamualaikum semuanya ! Ini adalah cerita ketigaku, semoga kalian suka ya sama ceritanya. Untuk saran dan kritik terhadap ceritaku ini bisa komenn yaa... Note : Cerita ini hanya khayalan author semata -Tolong hargai cerita ini, jangan plagiat Cer...