Part 17 (Sudah direvisi)

173 17 0
                                    

Tiba-Tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, Alwi yang tadinya sedang melamun itupun terkejut.

"Astaghfirullah, kebiasaan emang, pasti ada aja yang kagetin". Ucap Alwi.

"Masuk aja". Lanjut Alwi.

Pintu itu pun terbuka, terlihat Ayah Ananda memasuki kamarnya itu.

"Assalamualaikum Nak". Ucap Ayah Ananda.

"Eh Ayah. Waalaikumsalam". Jawab Alwi.

Ayah Ananda pun menutup kembali pintu kamarnya, kemudian ia pun duduk di samping putra bungsunya itu.

"Ada apa yah ? Tumben ke kamarnya Alwi". Tanya Alwi.

"Enggak ada apa-apa Nak, Ayah cuma mau ketemu sama kamu. Masa Ayah ga boleh ke kamar putranya sendiri". Ucap Ayah Ananda membelai rambutnya dengan lembut.

"Ya boleh ya yah, lagian Alwi juga senang kalo Ayah ke kamarnya Alwi, biasanya Bunda sama kakak-kakak yang ke kamarnya Alwi. Ayah kan seringnya pulang malam". Ucap Alwi tersenyum.

"Pasti rasanya sakit ya Nak". Ucap Ayah Ananda.

"Maksud Ayah ?". Tanya Alwi bingung. Ayah Ananda pun tersenyum.

"Dulu setiap Ayah berangkat dan pulang dari kantor, Ayah selalu nyempetin ke kamar kamu walaupun kamu tidur, itupun permintaan Bunda dan kakak-kakakmu. Kata kak Ridho, kakakmu sering sekali melihat kamu menangis di kamar terus kakakmu bertanya sama kamu, kenapa menangis, terus kamu jawab karena kangen Ayah, kamu juga jadi jarang makan bareng Bunda sama kakak-kakakmu, dan pada akhirnya kamu jatuh sakit. Makanya Ayah putuskan untuk kerja di rumah supaya Ayah bisa sekalian jagain dan ngawasin kamu". Ucap Ayah Ananda.

Alwi pun terdiam mendengar perkataan Ayahnya itu.

"Maafin Ayah ya Nak, harusnya Ayah juga pikirkan perasaan kamu dari dulu". Ucap Ayah Ananda bersalah.

Alwi pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ayah ga salah, jadi Ayah ga usah minta maaf. Alwi ngerti kok, Ayah bekerja dari pagi sampai siang untuk menafkahi kita, jadi ga mungkin Alwi membenci Ayah. Justru Alwi bahagia dan bersyukur mempunyai seorang Ayah seperti Ayah Ananda". Ucap Alwi tersenyum.

"Justru Alwi merasa bersalah, dulu Alwi selalu minta apapun, kalo ga diturutin, nanti ngambek. Saat Alwi dewasa, Alwi baru mengerti kenapa Ayah bekerja. Karena Ayah sayang banget sama kita. Maafin Alwi ya yah, atas sikap Alwi yang dulu". Ucap Alwi merasa bersalah

"Gapapa Nak, Ayah juga waktu kecil seperti itu. Jadi wajarlah Nak, kak Ridho sama kak Tammy juga seperti itu dulu. Jadi kamu ga usah merasa bersalah ya Nak". Ucap Ayah Ananda memeluk Alwi.

Alwi pun merasa nyaman dan ia pun membalas pelukannya.

"Terimakasih ya Nak, Ayah bangga sama kamu. Kamu bisa bertahan di pesantren selama 5 tahun, itu sangatlah tidak mudah Nak. Tapi kamu membuktikannya dan kamu pulang dalam keadaan selamat". Ucap Ayah Ananda tersenyum bangga

Alwi pun tersenyum di balik pelukan hangat dari Ayahnya itu.

"Sama-sama yah, itu juga berkat bimbingan dari Ayah dan Bunda. Dan itu sudah menjadi kewajiban seorang anak untuk Ayah dan ibunya". Ucap Alwi tersenyum.

Mereka berdua pun melepaskan pelukannya.

"Anak Ayah emang pintar banget, udah ganteng lagi". Ucap Ayah Ananda.

"Iya yah, benar banget". Ucap Bunda Inne masuk ke kamarnya disusul oleh Ridho dan Tammy.

"Bisa aja kalian". Ucap Alwi tersenyum

"Kalian udah dengar semuanya ya ?". Tanya Alwi.

"Iya Nak, kami mendengar semua". Jawab Bunda Inne.

"Terimakasih ya Nak sudah menjadi putra terbaiknya Ayah dan Bunda, dan adik terbaiknya kakak-kakakmu". Ucap Bunda Inne memeluk Alwi.

"Iya, sama-sama. Alwi juga mau ucapin terima kasih atas kasih sayang yang tidak terhingga yang kalian berikan terhadap Alwi". Ucap Alwi membalas pelukannya.

Alwi pun memberi aba-aba pada Ayah dan kakak-kakaknya untuk ikut berpelukan bersama-sama. Mereka berlima pun saling berpelukan.

"Semoga Alwi bisa terus bersama kalian". Batin Alwi.

*****************************************
"Oh ya Wi, nanti kita jalan-jalan yuk setelah dari acara ultahnya temannya Tammy, nanti kita jemput kalian berdua. Kamu yang nyetir ya". Ucap Ridho.

"Iya Wi, kan jarang-jarang kamu yang nyetir". Ucap Tammy.

"Alwi mau-mau aja, tapi Ayah sama Bunda izinin emang ?". Ucap dan tanya Alwi.

"Izininlah, kan Ayah sama Bunda ikut". Ucap Ayah Ananda.

"Yaudah, Alwi yang nyetir nanti". Ucap Alwi tersenyum manis.

"Yey". Ucap Ridho dan Tammy berhigh five dengan senangnya.

"Kakak berdua masih kayak anak kecil aja, adik kalian aja biasa aja tuh". Ucap Bunda Inne tersenyum geli.

"Biarin aja Bun, biar mereka mengenang kembali masa kecil mereka". Ucap Ayah Ananda.

Alwi pun hanya tersenyum geli melihat tingkah laku kedua kakaknya itu. Sedangkan yang dibicarakan hanya cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu.

"Wi". Panggil Ridho.

"Hmm ?". Jawab Alwi.

"Kamu kebiasaan, ditanya kok malah di dehemin doang. Di ajarin siapa sih kamu ?". Ucap dan tanya Ridho kesal.

"Kakak sendiri yang ngajarin Alwi, kakak juga sering kayak gitu. Yaudah Alwi ikutin". Jawab Alwi santai.

Tammy pun tertawa mendengar jawaban adiknya itu, Ayah Ananda dan Bunda Inne hanya tersenyum geli, sedangkan Ridho hanya bisa pasrah, memang adik bungsunya ini terlalu jujur.

"Tapi Wi, kamu itu lebih dingin sama kalem dari kak Ridho. Padahal Ayah dan Bunda ga gitu". Ucap Tammy.

"Mungkin ada turunan dari keluarga Ayah atau enggak turunan dari keluarga Bunda". Ucap Ridho.

"Mungkin". Jawab Alwi singkat.

Semuanya hanya bisa bertabok jidat, sudah dijelaskan dengan panjangnya, dibalasnya dengan jawaban singkat.

"Terus kakak tadi manggil-manggil Alwi kenapa ?". Tanya Alwi.

"Oh itu, kakak cuma mau nanya". Ucap Ridho.

"Nanya apa kak ?". Tanya Alwi.

"Hmm, di sekolah ada yang suka sama kamu ?". Tanya Ridho.

"Kayaknya ada, dan itu sekelas sama Alwi". Jawab Alwi sekilas melirik kearah Tammy yang sedang menunduk.

"Siapa Wi ?". Tanya Ridho.

"Alwi ga mau ada yang sakit hati nanti". Ucap Alwi tersenyum.

Tammy yang merasa tersindir itupun langsung mendongak kearah Alwi, dan Alwi pun tersenyum padanya. Ayah Ananda, Bunda Inne, dan Ridho pun tersenyum karena mereka sudah mengerti apa yang Alwi ucapkan.

"Gapapa Nak, jika itu sulit dilupakan. Tidak usah dipaksakan untuk menghilangkannya, nanti juga hilang sendiri perasaan itu". Ucap Bunda Inne.

"Iya Wi, Tam. Kakak juga pasti akan seperti Alwi jika kakak menyukai Tammy, dan kakak ga nyangka kalian berdua saling menyukai". Ucap Ridho tersenyum.

"Iya kak, Alwi ga merasa ga nyaman kok. Jadi kakak ga usah memaksakan diri untuk menghilangkannya. Itu nanti akan menghilang dengan sendirinya jika kakak sudah menemukan seorang lelaki yang lebih baik dari Alwi. Dan Alwi janji, ga akan menikah ataupun pacaran sebelum kakak menikah, itu juga karena dilarang dan Alwi juga ga mau menyakiti perasaan kakak". Ucap Alwi tersenyum.

Tammy pun membalas senyumannya.

"Sudah, sudah. Kalian lanjutkan nanti. Sekarang kalian siapkan barang-barang yang mau kalian bawa ke acara ultah temannya Tammy. Kan entar malam nanti". Ucap Bunda Inne.

"Eh iya Bun". Ucap Alwi dan Tammy salah tingkah.

Ayah Ananda, Bunda Inne, dan Ridho tersenyum geli melihat tingkah laku mereka berdua itu.

Selamat Membaca....
#alwiassegaf
#rientammy
#ahmadridho
#anandagoerge
#inneazri
#keluargagoerge

Rumah Ternyamanku (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang